Tana Toraja, Sulsel – Melihat judul diatas kita pasti akan tergelitik dengan kata-kata PHP (Pemberi Harapan Palsu), karena memang ini yang dialami Lembang Buntu Tabang (red : lembang = desa) Kecamatan Gandangbatu Sillanan Kabupaten Tana Toraja Propinsi Sulawesi Selatan.

Bagaimana tidak, lima tahun terakhir ini Lembang Buntu Tabang sudah 4 (empat) kali mendapatkan bantuan pemerintah terkait air bersih dan sanitasi baik itu dari dana APBD maupun dana APBN tetapi tidak ada hasil yang nyata. Bukan saya mengatakan bahwa bantuan yang masuk ke desa ini jelek, karena saya yakin semua bantuan dana yang dikucurkan Pemerintah untuk di desa pasti tujuan nya adalah baik yaitu untuk kesejahteraan masyarakat didesa.

Ternyata bantuan kelima yaitu Program Pamsimas masuk ke desa ini pada Tahun Anggaran 2015 kemarin, masyarakat masih trauma dan ragu untuk langsung menerimanya. Apalagi ada keharusan desa untuk menyediakan kontribusi sebesar minimal 20% dari kebutuhan biaya RKM, yang terdiri dari 4 % in cash dan 16 % in kind. Jangan sampai bantuan dana yang sudah dikucurkan untuk desa/lembang akan sia-sia dan masyarakat terlanjur berharap penuh bahwa air bersih akan datang ke rumah mereka.

Lembang Buntu Tabang terletak di Kecamatan Gandangbatu Sillanan Kabupaten Tana Toraja, yang memiliki 3 dusun yaitu Dusun Pangala, Buntu dan Gandangbatu Timur. Dengan jumlah penduduk sekitar 394 KK dan jumlah pemanfaat 159 KK. Lembang Buntu Tabang termasuk desa yang sebagian warganya masih sulit mengakses air bersih terutama untuk kebutuhan minum, memasak, mencuci dan mandi.  Air yang digunakan untuk kesehariannya masyarakat disana harus mengeluarkan uang minimal Rp 450.000/bulan untuk kebutuhan air minum. Karena pemakaian air minimal 3 (tiga) tandon dalam sebulan, 1 tandon (=1000 liter air = Rp 150.000). Dan air bersih ini didapat dari luar lokasi lembang. Woowwww…….benar-benar memprihatinkan dihari gini masih susah untuk mendapatkan air bersih. Bagaimana kalau orang yang tidak mampu? Itulah realita yang masih banyak terjadi di masyarakat pelosok negeri.

Disatu sisi masyarakat butuh sekali air bersih, disisi lain masih terbersit keraguan yang mendalam dari masyarakat disana karena sudah 4 kali dicoba selalu gagal. Tetapi Bapak Kepala Lembang terus memotivasi warganya untuk tidak pantang menyerah dan yakin bahwa air pasti akan datang di rumah kita kalau kita bersungguh-sungguh.

Karena keraguan dari masyarakat lebih dominan, akhirnya pihak Pakem dan Satker Kabupaten meminta kepada Pemerintah Lembang agar mengundurkan diri saja daripada ke depan menghambat jalannya program di desa.

Bapak Kepala Lembang mulai galau, tidak mungkin Program ini diterima kalau tidak ada dukungan dari masyarakatnya karena Pamsimas adalah Program Nasional yang Berbasis Masyarakat dimana menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan.

Akhirnya diputuskan untuk sosialisasi ulang tentang Program Pamsimas sekaligus mereka mengadakan rembug warga. Bapak Kepala Lembang mengundang sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, masing-masing Kepala Lingkungan, RT/RW dan seluruh masyarakat Lembang Buntu Tabang.  Hasil rapat disepakati bahwa Lembang Buntu Tabang tetap mengikuti dan menerima program ini dengan segala resiko. Berkat kegigihan Bapak Kepala Lembang Buntu Tabang dan dukungan penuh dari seluruh warganya, dan upaya Bapak Lembang yang bisa meyakinkan pihak  Pakem dan Satker Kabupaten akhirnya Lembang Buntu Tabang diberi kesempatan untuk tetap ikut program Pamsimas.

Proses kegiatan pun berlangsung, mulai dari pembentukan kader AMPL, penyusunan proposal desa, pembentukan KKM, IMAS, pengumpulan Incash, penyuluhan PHBS, pelatihan KKM dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Pada penentuan opsi ada dua alternatif pilihan yaitu 1) sistem gravitasi dan 2) pompanisasi air permukaan ( sungai ), tetapi sesuai rapat pleno yang diadakan KKM bersama-sama masyarakat akhirnya opsi yang dipilih adalah sistem gravitasi. Karena opsi pompa sungai masih butuh pengolahan khusus, dimana sungai yang mau diambil aliran airnya dijadikan tempat akhir dari limbah-limbah ternak dan limbah-limbah rumah tangga, terlebih lagi jika musim hujan, tingkat kekeruhan air sangatlah tinggi, dari segi fisik tingkat kekeruhannya > 50 NTU (Nephelometric Turbidity Unit ) sehingga tidak layak untuk dikonsumsi masyarakat. Disamping itu adanya keterbatasan dana untuk membuat pengolahan air (water treatment plan) yang lengkap seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi (sand filter/saringan pasir ) dan desinfeksi.

Perlu diketahui bahwa sumber air yang digunakan hanya 1 yang bernama Mata Air Pongdudu yang terletak di Lembang Gandangbatu sehingga hal ini juga merupakan tantangan buat masyarakat disana.

Harus ada komitmen kuat dan ada bukti hitam diatas putih untuk kesepakatan bersama antara dua desa ini, kuatir ke depan ada perselisihan. Upaya terus dilakukan oleh Bapak Lembang Buntu Tabang untuk bisa meyakinkan Bapak Lembang Gandangbatu dan warganya bahwa ini semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat banyak bukan untuk kepentingan pribadi semata.

Selain sumber mata air bukan berada di lokasi lembang sendiri, kendala lainnya pada saat pekerjaan sarana adalah pipa transmisi nya yang sering rawan pecah dan meletus karena tekanan air yang sangat kuat. Secara teori kalau kondisi seperti itu harus dibuatkan Bak Pelepas Tekan (BPT) tetapi kurang memungkinkan untuk dibangun karena banyaknya kendala, seperti keadaan topografi titik penempatan, pembebasan lahan yang tidak mendapatkan hasil maka upaya yang dilakukan adalah : 1.) Penempatan katup pembuangan untuk mengurangi tekanan pada beberapa titik rawan. 2.) Jalur pipa dibuat lebih memanjang, menghindari daerah yang terlalu cekung/tajam. 3.) Menghindari sambungan antara pipa PVC ke pipa GIP pada jalur-jalur bertekanan tinggi. 4.) Menghindari sambungan-sambungan elbow dan knee

Membutuhkan waktu + 2 minggu untuk membuat pipa yang lepas bahkan meledak bisa teratasi. Masa-masa sulit telah terlewati, pekerjaan fisik sudah selesai 100% dan penyerapan dana sudah terealisasi semua meski tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mewujudkan semua ini tidak gampang dan tantangannya besar. Banyak kalangan yang meragukan keberhasilan Program Pamsimas di Lembang Buntu Tabang saat itu, termasuk Satker Kabupaten. Tetapi berkat kegigihan Pak Lembang beserta masyarakatnya dan kerja keras dari KKM dan Satlak akhirnya air bisa mengalir, Alhamdulillah.

Uji Fungsi Sarana SPAMS dilakukan KKM Buntu Tabang yang mengundang pihak Satker, PPK, Pakem, Bapak Camat, Koordinator Kabupaten dan semua masyarakat Lembang Buntu Tabang. Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa air sudah mengalir sesuai dengan perencanaan masyarakat yang dituangkan dalam RKM (Rencana Kerja Masyarakat).

Perjuangan belum usai, setelah Serah Terima Kegiatan dari KKM ke BP SPAMS masih ada PR yang menanti. Karena Pamsimas adalah Program yang berkelanjutan maka BP SPAMS harus bekerja lebih keras lagi karena BP SPAMS punya peran untuk bertanggung jawab dalam pengelolaan SPAMS terbangun dan promosi penyehatan lingkungan di tingkat desa/kelurahan; memelihara serta merawat semua sarana SPAMS yang sudah terbangun.

Kini BP SPAMS Buntu Tabang sudah mempunyai 42 pelanggan SR (Sambungan Rumah), dimana untuk biaya pendaftaran sebesar Rp 100.000,00 dan iuran rutin tiap bulannya Rp 10.000,00. Kini masyarakat Lembang Buntu Tabang sudah bisa menikmati air bersih yang dimpikan selama ini, kesimpulannya bahwa Program Pamsimas yang sudah masuk ke wilayahnya tidak lagi PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Harapan ke depan Pamsimas di Lembang Buntu Tabang bisa berkelanjutan dengan baik, SPAMS yang dibangun tetap terpelihara sehingga mampu memberikan bahkan meningkatkan jangkauan pelayanan air minum, sanitasi, dan higiene dengan melibatkan Kader AMPL, KKM, BP-SPAMS, dan Asosiasi Pengelola SPAMS Perdesaan kabupaten/kota.

Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi buat kita semua, bahwa segala sesuatu bila dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan membawakan hasil dan nikmat yang luar biasa. (DFMA Tana Toraja; Deddy S-CMAC)