Barito Kuala, Kalsel, 20 Oktober 2017 – Barito Kuala adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan karakteristik kewilayahannya sebagian besar desa-desanya di pinggiran sungai dan daerah rawa/gambut. Secara kuantitas jumlah air baku memang sangat berlimpah, ada sejumlah sungai besar yang melintas di Kabupaten Barito Kuala seperti Sungai Barito dan sejumlah sungai-sungai kecil lainnya melintasi desa-desa, termasuk desa-desa lokasi kegiatan Program Pamsimas.

Pada tanggal 17-19 Oktober 2017 untuk kesekilan kalinya Kabupaten Barito Kuala mendapat kunjungan dari Bank Dunia, dalam hal ini diwakili salah satu tenaga ahlinya yaitu Alizar. Turut hadir dalam kegiatan ini Poppy selaku Tenaga Ahli WSS dari CMAC. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 17-19 Oktober 2017 merupakan tindaklanjut dari kegiatan sebelumnya beberapa bulan yang lalu, yaitu tentang “Pengolahan Air Gambut”. Tujuan dari kunjungan lapangan ini adalah : pertama “Memastikan kualitas konstruksi bangunan pengolahan air gambut yang ada dipelihara dengan baik”, dan yang kedua “ Memberikan bimbingan teknis kepada Tim Fasilitator Masyarakat yang bertugas di lokasi tersebut dan BPSPAMS yang ada dalam hal pengelolaan pengolahan air gambut”.

Pada hari pertama tanggal 17 Oktober 2017 bertempat di Aula Kantor Dinas PU Barito Kuala di Marabahan dilaksanakan pelatihan atau peningkatan pemahaman tentang “Bagaimana proses pada unit-unit pengolahan air gambut” design yang dijelaskan adalah lokasi pilot di desa Hambawang dan Sampurna. Dijelaskan secara detil teknis dari awal proses pengambilan air baku, proses netralisasi yang menimbulkan endapan besi, kemudian berturut-turut air mengalami proses pengendapan, penyaringan, adsorpsi dan absorpsi yang berlangsung pada media zeolit, MGS dan karbon aktif.  Sebagai moderator dalam pertemuan ini PC ROMS 13 Kalsel didampingi TA WSS, turut hadir dalam kegiatan ini TA CD/CB dan FMS. Peserta selain SF dan Tim Fasilitator Barito Kuala serta BPSPAMS desa Hambawang & Sampurna, turut hadir unsur dari Pakem yaitu Dinas PU, Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan. Dalam kesempatan ini hadir juga SF dari Kabupaten Banjar, Tapin,  Hulu Sungai Utara, dan Tanah Laut karena sebagian wilayahnya kabupaten tersebut juga banyak terdapat kawasan rawa/gambut.

Peserta sangat antusias mendengarkan penjelasan dari Alizar selaku TA Bank Dunia, “kita butuh teknologi tepat guna agar kualitas air gambut bisa ditingkatkan mejadi layak konsumsi”. Beliau juga sangat berharap “pilot” ini keberhasilannya bisa diaplikasikan atau diadopsi di tempat lain dan atau Barito Kuala sebagai salah satu tempat belajar pengolahan air gambut. Peserta diajak mencermati gambar tayangan “Diagram IPA desa Hamawang”, dan diberikan penjelasan oleh Alizar secara detil mulai dari “Pompa Intake”, “Tandon Flokulasi”, bagaimana pengoperasian dan pemeliharaannya. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan “Tandon Saringan Pasir”-pengoperasian filter dan pencucian filter-pemeliharaan, “Tandon Zeolit”, “Tandon MGS”, “Tandon Karbon Aktif”. Diakhir penjelasannya Alizar mengajak peserta untuk sama-sama mendalami pada kegiatan lanjutan praktek lapang di desa.

Beragam pertanyaan disampaikan oleh peserta seperti bagaimana proses pengolahannya terutama menyangkut kemudahan dalam memperoleh bahan-bahan kimia dan sejenisnya untuk proses netralisasi air gambut. Dari Dinas Kesehatan menginformasikan bahwa kondisi air gambut di Barito Kuala cukup tinggi kandungan zat besi dan sifat asam yang tinggi/kuat, apakah air hasil pengolahan di reservoir perlu masa/waktu tertentu sebelum didsitribusikan. Pesan dari Alizar, bahan-bahan seperti dijelaskan tadi sebagian besar mudah diperoleh di pasaran atau toko kimia-obat-obatan, namun  perlu ekstra di aspek pemeliharaaan terutama pompa (kipas) bisa cepat berkarat. Semenetara itu Poppy selaku TA WSS CMAC berpesan sangat penting untuk memastikan lokasi atau pemilihan desa-desa Pamsimas, pastikan sesuai kriteria Pamsimas bahwa kemudahan dalam memperoleh sumber air baku sepanjang musim. Terkait dengan dengan sarana yang dibangun sekarang beraharap bisa dikembangkan misalnya melalui dana desa pembangunan menara air (distribusi).

Pada hari kedua rangkaian kegiatan pelatihan atau peningkatan pemahaman tentang “Bagaimana proses pada unit-unit pengolahan air gambut” di desa Hambawang & Sampurna. Penjelasan dan praktek tentang “pasir silika aktif” untuk netralisir zat besi dan mangan, bagaimana proses pembuatannya. Pasir aktif bisa dibuat dengan merendam pasir silika dalam larutan KMn04. Para peserta bisa melihat dan berpraktek langsung dan melihat bagaimana prosesnya dan melihat sejumlah bahan material kimia-obat-obatan dimaksud. Di sela-sela kegiatan pelatihan di desa, dilakukan juga kunjungan (inspeksi) pada bangunan IPA.

Pada hari ketiga, dilakukan kunjungan ke desa Cahaya Baru salah desa yang mengalami kondisi “Tidak Berfungsi”, pada pertemuan ini Tim bertemu dengan kades-pemerintah desa dan masyarakat yang berharap sarana air minum mereka bisa berfungsi kembali. Di desa Cahaya Baru ini juga akan mengadopsi model design IPA Air Gambut seperti di desa Hambawang/Sampurna. Tim juga mengkonfirmasi kepada DC, kata DC Barito Kuala sudah ada komitemen dari desa (dana desa) dan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala untuk pendanaan “Merehabilitasi IPA Air Gambut Desa Cahaya baru” tahun 2018. Kegiatan di Desa Hambawang dan Sampurna akan dikunjungi kembali sekitar satu bulan dari sekarang atau sekitar minggu II-III bulan November 2017, semoga progress kegiatan bisa berjalan lancar dan sesuai design teknis yang direkomendasikan. (Arif Mulyadi-DC Barito Kuala; Deddy S-Asst.MIS/Web Admin CMAC)