Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Jawa Barat – Bandung, Dalam rangka pelaksanaan Pamsimas III khususnya di Jawa Barat, Team task Bank Dunia melaksanakan misi teknis pada 23-24 ke Kabupaten Garut dan Pokja AMPL Provinsi. Adapun tujuan misi ini, antara lain menilai intervensi yang dapat dilakukan Pamsimas terkait penyediaan air minum dan sanitasi, serta perilaku hidup bersih untuk mendukung penurunan resiko kejadian stunting. Hal lain yang juga menjadi concern misi ini adalah mengkaji pengadopsian pembangunan yang inklusif terhadap disabilitas serta menilai penerapan opsi teknologi yang terjangkau dalam bentuk hydraulic ram pump pada desa di Kabupaten Garut.

Pada misi teknis ini, team task Bank Dunia menerjunkan dua orang, yakni Trimo Pamudji Aldjono dan Dea Widyastuty, dengan didampingi oleh perwakilan dari PPMU Jawa Barat dan Provincial Coordinator Pamsimas III Provinsi Jawa Barat. Adapun unsur pemerintahan daerah yang turut menerima rombongan, antara lain Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut beserta jajarannya.

Desa pertama yang dikunjungi team task misi Bank Dunia, yaitu Desa Desa Sukarasa, Kecamatan Samarang. Desa ini telah mengikuti program Pamsimas sejak tahun 2016 melalui kegiatan perencanaan desa dan pada tahun ini melaksanakan kegiatan fisik. Di desa Sukarasa, team task misi melihat langsung lokasi pembangunan yang dilakukan Pamsimas yang telah berorientasi pada desain universal dan pengurangan resiko stunting, berupa jamban sekolah. Secara umum, team task menilai pelaksanaan kegiatan di desa Sukarasa telah berjalan baik dan sesuai dengan harapan. Walaupun Desa Sukarasa baru menyelesaikan kegiatan pada beberapa waktu lalu, tetapi telah terdapat pemasangan sambungan rumah sebanyak 71 SR dengan biaya pemasangan sebesar Rp. 500.000,-. Sesuai dengan hasil musyawarah warga, setiap rumah tangga yang hendak melakukan sambungan air minum ke rumahnya diwajibkan membayar abodemen sebesar Rp. 2.000,-/ bulan dengan iuran sebesar Rp. 1.100/m3. Untuk memastikan akses air minum dapat diterima oleh semua pihak terutama warga miskin, team task  menyarankan agar BPSPAMS memberikan diskresi/ keringanan pemasangan SR bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Dilihat dari hasil pekerjaan fisik terutama dalam kaitan dengan pengadopsian pembangunan yang inklusif bagi kaum disabilitas, terdapat sejumlah catatan penting yang diberikan team task kepada KKM Desa Sukarasa, terutama terkait rabat beton ke jamban sekolah yang terlalu curam. Team task  menyarankan agar  posisi jalan dibuat lebih landai sehingga memudahkan bagi kaum difabel untuk mengakses jamban. Selain itu, tim juga merekomendasikan agar pada handrail ditambahkan pengaman supaya pemakai korsi roda tidak jatuh ke bawah handrail.

Seusai berkunjung ke Desa Sukarasa, rombongan bergerak ke desa berikutnya, yakni Desa Ciela, Kecamatan Bayongbong yang telah mendapatkan intervensi program Pamsimas sejak tahun 2014 lalu. Desa ini terpilih untuk dikunjungi karena Team task  memperoleh data terdapat 15 kasus stunting yang terjadi di Desa Ciela selama tahun 2017. Yang semakin menyedihkan, tim juga mendapatkan fakta dari 15 warga yang terindikasi stunting ternyata hanya ada 1 rumah saja yang telah mendapatkan sambungan rumah. Hal ini terjadi akibat ketidakpahaman BPSPAMS terhadap resiko stunting dan upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengurangi resiko stunting. Untuk itu, tim juga merekomendasikan kepada BPSPAMS agar senantiasa berkomunikasi dengan petugas puskesmas setempat dalam penanganan dan pencegahan resiko stunting di desa tersebut.

Berbekal sejumlah temuan dari kunjungan lapangan, keesokan harinya team task  melaksanakan pertemuan dengan Pokja AMPL Provinsi Jawa Barat di kantor Bappeda Provinsi Jawa Barat di Bandung. Hadir pada pertemuan tersebut Wakil Ketua CPMU dari Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, didampingi oleh Co-Team Leader CMAC. Adapun unsur Pokja AMPL Provinsi Jawa Barat yang hadir, antara lain Kepala bidang fisik Bappeda, Kepala Bidang Infrastruktur Permukiman Dinas Perumahan dan Permukiman yang juga Ketua PPMU Provinsi Jawa Barat, Kepala Bidang Binkesmas dan kasie Kesjaor dari Dinas Kesehatan.  Disamping itu, turut pula hadir pada acara ini PC, Co-PC dan LGS Pamsimas III Provinsi Jawa Barat serta fasilitator MCAI Provinsi Jawa Barat.

Pada pertemuan tersebut, team task  memaparkan sejumlah temuan lapangan terutama yang terkait dengan kondisi kerawanan stunting di desa-desa yang dikunjungi. Tim juga menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang paling beresiko terhadap stunting. Penelitian WHO menunjukkan, Indonesia menempati posisi ke 5 di dunia dalam jumlah anak dengan kondisi stunting. Untuk itulah, sambung Bu Dea, data stunting harus masuk dalam RKM dan menjadi perhatian PAKEM dalam melaksanakan seleksi pemilihan desa. Kegiatan STBM di desa yang diintervensi Pamsimas tidak lagi terpaku pada 2 pilar STBM, melainkan seluruh pilar STBM seharusnya masuk dalam perencanaan dan dapat diaplikasikan. Di akhir pertemuan, rapat menyepakati untuk saling berbagi data diantara seluruh unsur. Adapun mengenai kerangka acuan kegiatan Rencana Pilot Project Pengurangan Resiko Stunting pada program Pamsimas, tim menyepakati untuk mentransliterasi ke dalam  bahasa Indonesia sehingga dapat dipahami oleh seluruh pelaku program. (Juwita – Co PC Roms 7 Jawa Barat;Deddy S-Asst.MIS/Web Admin CMAC)