Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

Warning: Undefined array key "hidden" in /home/website/public_html/berkas/plugins/fusion-builder/shortcodes/fusion-gallery.php on line 756

G ianyar, BaliChief Executive Officer (CEO) Bank Dunia, Ms Kristalina Georgieva mengunjungi lokasi program Pamsimas di Desa Bresela Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, Senin (08/10).

Kunjungan ke Bali yang didampingi Task Team Leader Pamsimas Bank Dunia, George Soraya, dimaksudkan untuk mempelajari pengalaman Pemerintah Desa, KP-SPAMS, masyarakat dan penerima manfaat dalam melaksanakan program Pamsimas termasuk dukungan Pamsimas untuk mencegah stunting.

Desa Bresela dipilih selain menjadi lokasi program Pamsimas III tahun 2017, juga ditetapkan sebagai desa lokasi Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2018 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 440/1959/SJ tanggal 20 Maret 2018. Selain air minum dan sanitasi, isu penurunan stunting juga menjadi fokus perhatian Bank Dunia.

Rombongan diterima di Wantilan (tempat pertemuan milik Pura) oleh Ketua CPMU Program Pamsimas, Tanozisochi Lase selaku wakil pemerintah Indonesia, Kepala Desa Bresela, I Made Budiasa, Ketua KP-SPAMS I Made Lena, beserta masyarakat Desa Bresela.

Kepala Desa Bresela, I Made Budiasa, dalam sambutannya   menyampaikan, masyarakat Desa Bresela merasa sangat tersanjung dipilih sebagai lokasi kunjungan CEO Bank Dunia. Desa Bresela dihuni 549 KK atau 2.666 jiwa yang tersebar di 3 banjar. Desa berada pada ketinggian 600 meter dpl, berjarak sekitar 19 km dari kota Kecamatan dan sekitar 22 km dari ibukota Kabupaten. Luas wilayah 2,92 km2 didominasi oleh areal persawahan dan perkebunan. Warga desa Bresela berjumlah 549 KK atau 2.666 jiwa, tersebar di 3 banjar.

Kepala Desa menjelaskan, sebelum mengikuti program Pamsimas, kebutuhan air minum warga dipenuhi melalui PAM Swadaya. Namun, sarana yang dikelola oleh masyarakat ini belum memenuhi unsur 4K terutama aspek kuantitas dan kontinuitas. Air yang tersedia tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat dan masyarakat tidak dapat mengakses air minum selama 24 jam.

Pada tahun 2017, Desa Bresela mendapatkan program Pamsimas. Total Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Desa Bresela senilai Rp 215.000.000, terdiri dari BLM APBN Rp 150 juta, Swadaya Masyarakat dalam bentuk in-cash Rp 9,1 juta, dan in-kind berupa tenaga kerja Rp 34,4 juta, serta sharing APBDes Rp 21,5 juta. Sarana Pamsimas dikelola oleh KP-SPAMS yang menjadi bagian dari BUMDes. Sistem iuran menggunakan pola progresif (1-10 m3 = Rp 1.000/m3; 11-20 m3 = Rp 1.500/m3; 21-30 m3 = Rp 2.000/m3; ≥30 m3 = Rp 3.000/m3) dengan biaya beban seribu rupiah per bulan. Buku Keuangan KP-SPAMS menunjukkan, penerimaan iuran pelanggan bulan Juli – September 2018 Rp 61.852.875. Catatan keuangan tersebut menunjukkan pengelolaan KP-SPAMS berjalan baik dan mampu menutupi biaya operasional dan biaya pemeliharaan.

Sarana yang dibangun melalui program Pamsimas mampu memenuhi kebutuhan air minum masyarakat dan memenuhi unsur 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan). Masyarakat sudah dapat mengakses air minum selama 24 jam. Kemudahan mengakses air minum berdampak pada berubahnya pola fikir masyarakat ke arah hidup sehat. Tidak ada lagi masyarakat yang membuang air besar sembarangan. Pada 17 November 2017, Desa Bresela melakukan deklarasi Open Defecation Free (ODF) atau Bebas Buang Air Besar Sembarangan.

I Made Lena, Ketua KP-SPAMS menjelaskan Peta Sosial dan proses-proses partisipatif yang dilaksanakan dalam program Pamsimas. Pada Peta Sosial juga digambarkan lokasi rumah keluarga dimana ada bayi stunting dan peta jaringan perpipaan. “Bulan Februari 2018, di Desa Bresela terdapat 20 bayi stunting, angka tersebut turun menjadi 14 jiwa pada Agustus 2018. Penurunan tersebut tidak terlepas dari kontribusi program Pamsimas. Dengan mudahnya masyarakat mengakses air minum dan sanitasi, harapannya tidak ada lagi bayi stunting,” terang Made Lena.

Lebih lanjut, Ketua KP-SPAMS menjelaskan, selain bidang kesehatan, dampak positif program Pamsimas adalah berkembangnya berbagai usaha ekonomi produktif yang membutuhkan air dalam proses produksinya, seperti kerajinan dulang, pertenakan, rumah makan, pencucian mobil dan laundry. Pemerintah Desa melalui BUMDes sedang merencanakan membangun usaha air minum kemasan untuk dipasarkan di wilayah provinsi Bali. Usaha-usaha produktif ini berpotensi meningkatkan pendapatan warga dan pendapatan asli desa (PAD).

Penjelasan Kepala Desa dan Ketua KP-SPAMS mendapat tanggapan positif dari Georgieva dan tim Bank Dunia. Sesekali mereka menyela untuk mendapatkan penjelasan lebih detil tentang paparan. Georgieva memberikan apresiasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan Pamsimas. “Bapak telah melakukan yang benar, dan membawa orang untuk bersatu, menggerakkan semua orang untuk bisa maju. Sukses, sukses, akan membangun sukses berikutnya,” ujarnya memberikan pujian. Apresiasi ini disambut dengan tepuk tangan yang meriah oleh semua orang yang hadir.

Menanggapi pertanyaan Georgieva terkait pembangunan air minum di Indonesia, Tanozisochi Lase menjelaskan, Pemerintah Indonesia mentargetkan akses universal pada tahun 2019 dan untuk mencapainya dilaksanakan SPAM berbasis masyarakat melalui program Pamsimas. Pamsimas merupakan platform pembangunan air minum dan sanitasi di perdesaan yang akan menjangkau 27.000 desa hingga tahun 2019. Program dilaksanakan secara kolaboratif oleh Pemerintah Pusat sampai Desa, serta melibatkan masyarakat dan pihak swasta. Kontribusi pembiayaan dari Pemda, Pemdes dan masyarakat menjadi bagian penting dalam implementasi program, kontribusi tersebut mencapai 30% dari total biaya program (279 juta USD/1069 juta USD).

Tim Bank Dunia mengunjungi SDN 4 Kelusa yang berada tidak jauh dari lokasi pertemuan guna meninjau sarana sanitasi yang dibangun Pamsimas. Dalam perjalanan, Tanozisochi Lase menjelaskan kepada Georgieva dan tim, mulai tahun 2008-2017 program Pamsimas telah membangun SPAM perdesaan di lebih dari 16.800 desa di 365 kabupaten dan 11 kota di 33 provinsi. SPAM terbangun tersebut terdiri dari Sistem Perpipaan dan Non Perpipaan. Sistem Perpipaan yang dibangun sebanyak 1.785.910 SR (1.133.988 dengan meteran air dan 651.922 tanpa meter air). Untuk sanitasi sekolah, Pamsimas telah membangun jamban sekolah sebanyak 13.759 unit dan sarana cuci tangan (CTPS) sebanyak 70.691 unit.

Pamsimas juga berdampak pada menggeliatnya roda ekonomi perdesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan bertambahnya waktu produktif yang semua dihabiskan untuk mengambil air dan tersedianya air dengan mudah, mendorong munculnya usaha-usaha ekonomi produktif masyarakat, misalnya usaha ternak ayam di Kab. Bulukumba, Sulsel; usaha penyulingan minyak serai di Kab. Ogan Ilir, Sumsel; usaha pembuatan kripik ketela di Kab. Mojokerto, Jatim; dan usaha batu bata di Kab. Sidrap, Sulsel.

Saat menyambangi SDN 4 Kelusa, tim Bank Dunia menyaksikan demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) oleh perwakilan murid dan mengajak siswa-siswi dan guru untuk berdialog. Berbagai jawaban polos keluar dari siswa-siswi saat ditanyakan cita-cita dan manfaat yang dirasakan setelah adanya air bersih di desa mereka. Tim Bank Dunia juga mengunjungi PAUD yang terletak di kompleks SD tersebut dan mengajak murid PAUD menyanyikan bersama lagu Empat Sehat Lima Sempurna.

Selanjutnya Georgieva dan tim mengunjungi Pura Desa Bresela yang mendapat pasokan air dari program Pamsimas, sehingga memudahkan masyarakat melaksanakan kegiatan upacara adat dan keagamaan. Rombongan melanjutkan perjalanan dengan mengunjugi rumah warga penderita stunting yang terletak di belakang pura dan melakukan dialog dengan penghuninya.

Pada akhir kunjungan rombongan menyambangi Posyandu Banjar Bresela. Dalam dialog dengan warga yang sedang mengikuti kegiatan Posyandu, Georgieva menanyakan penyakit yang sering diderita balita dan menanyakan harapan untuk anak mereka kedepan. Tidak lupa Tim Bank Dunia sempat mencicipi bubur kacang hijau yang disiapkan sebagai makanan tambahan bagi peserta Posyandu.

Kunjungan diakhiri dengan foto bersama tim Bank Dunia dan rombongan dengan aparat desa, pendamping dan masyarakat setempat. (Sudebja-DC Gianyar/edit Purnama Sidhi-LGS Bali/Hartono)