Pasaman, Sumatera Barat – Sigalabor adalah nama desa di Kecamatan Duo Koto Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat. Desa ini tergolong berada di lokasi remote karena hanya bisa dicapai dengan kendaraan roda dua, itupun dengan keadaan jalan yang sangat memprihatinkan. Desa yang belum terjamah listrik ini hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut ataupun informasi yang dibawa oleh orang luar yang datang ke desa.

Desa terpencil ini hanya dihuni oleh sekitar 415 jiwa ini, dengan mata pencaharian utama hampir seluruhnya sebagai petani. Budaya Mandahiling sangat kental di desa ini, untuk percakapan sehari-hari memakai bahasa Mandahiling.

Sulitnya masyarakat Desa Sigalabor mendapatkan akses air minum memicu warganya untuk berjuang mendapatkan Program Pamsimas. Pemerintah Desa Sigalabor pun mendukungnya dengan menyampaikan proposal peminatan mengikuti Program Pamsimas kepada Tim Pengelola Program Pamsimas Kabupaten Pasaman.

Setelah dilakukan proses seleksi dan penilaian kelengkapan persyaratan untuk mengikuti seleksi desa penerima Program Pamsimas, Desa Sigalabor memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan program Pamsimas.

Harapan warga Desa Sigalabor untuk mendapatkan kemudahan akses air minum  bagai gayung bersambut. Desa kecil berpenduduk kurang dari 450 jiwa ditetapkan sebagai penerima program Pamsimas tahun 2019. Total dana untuk mewujujudkan sistem penyediaan air minum (SPAM) melalui Program Pamsimas sebesar Rp. 282,9 Juta dengan porsi pendanaan dari APBN sebesar70%, APBDes 10%, dan sisanya merupakan kontribusi swadaya masyarakat sebesar 20%.

Kewajiban berkonstribusi untuk mewujudkan sarana air minum di desa, bukanlah suatu beban bagi mereka, baik dalam bentuk uang, matrial lokal dan tenaga tenaga kerja, yang dipersyaratkan dalam program Pamsimas. Budaya gotong royong masih sangat kental di desa ini, dan masyarakat telah bersepakat melaksanakan gotong-royong secara bersama-sama baik laki-laki maupun perempuan dalam pelaksanaan program Pamsimas.

Urusan air minum untuk kebutuhan rumah tangga sangat identik dengan urusan keseharian kaum perempuan seperti halnya di Desa Sigalabor. Sulitnya kaum perempuan Desa Sigalabor mendapatkan akses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, menjadi motivasi mereka untuk berjuang mendapatkan Program Pamsimas. Keterlibatan kaum perempuan sangatlah menonjol dalam setiap tahapan dalam pelaksanaan kegiatan Pamsimas. Hampir seluruh perempuan di Desa Sigalabor, disebut “Inang” (Ibu) ikut turun tangan membawa cangkul dan peralatan gotong royong lainnya untuk membantu membangun sarana air minum. Ada yang menggali pondasi reservoir, ada yang mengambil batu di sungai, bahkan tenaga dan semangat mereka tidak kalah dengan kaum laki-laki.

Galian pondasi reservoir dapat mereka selesaikan dalam waktu satu hari dengan melibatkan lebih dari 20 tenaga perempuan. Antusias mereka untuk memperoleh air patut diacungin jempol. Mereka menujukkan tekadnya, Sigalabor harus mendapat air. Dengan cucuran keringat dan semangat membangun desanya, perempuan Sigalabor mewujudkan impiannya dalam mendapat air minum tahun 2019.

Bila sebelum adanya Pamsimas warga desa mengambil air dari mata air di bawah perbukitan yang jaraknya lumayan jauh, dan sebagian lagi menampung air hujan ketika musim hujan tiba. Kini, jerih payah dan tekad kaum perempuan Sigalabor, menemui hasilnya. Kegembiraan nampak pada wajah Nelvi (32 tahun), perempuan Desa Sigalabor yang turut mencurahkan keringat dan harapannya dalam mewujudkan SPAM di desanya. Saat berkumpul dengan para perempuan tetangganya sembari memandikan anak keduanya yang berumur 5 tahun, dengan logat Mandailling yang kental, Nelvi berujar “Aek Pamsimas mandung di rasoi masyarakat” (Air Pamsiams kini sudah dirasakan masyarakat, RED). Hal ini menjadi obrolan bersama “inang-inang” yang kebetulan juga sedang melakukan aktifitas mencuci baju di belakang rumah Nelvi. Keceriaan dan kegembiraan tampak pada wajah-wajah perempuan Sigalabor. (Yatni Ardi-Co DC Kab.Pasaman/Endang SR-NMC/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).