Sambas, Kalbar – Sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari sangat dirasakan warga Desa Samustida Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat, terutama saat kemarau tiba.  Jelang kemarau datang warga menjadi resah, gelisah,  dan was-was.  Namun hal tersebut sudah tidak lagi dialami warga sejak adanya Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyuarakat (Pamsimas) yang masuk ke Desa Samustida tahun 2018, kemarau bukan masalah lagi bagi warga yang sebagian besar merupakan petani ini.

Melalui Program Pamsimas dibangun sistem penyediaan air minum (SPAM) perdesaan dengan opsi sumur bor.  Pembangunan SPAM menelan biaya Rp 350 juta yang berasal dari APBN Rp  245 juta, APBDes Rp 35 juta, dan sisanya Rp 70 juta berasal dari swadaya masyarakat berupa uang tunai Rp 14 juta dan material lokal serta gotong royong senilai Rp 56 juta.  Bantuan dimanfaatkan untuk membangun 1 unit sumur bor, bangunan bak penampungan, menara air (tower), sarana cuci tangan (CTPS) di sekolah, dan jaringan pipa distribusi, serta 17 Sambungan rumah.

Desa Samustida dihuni  1554 KK atau 4973 jiwa yang tersebar di 5 dusun.  Dari sekitar 1400 rumah yang ada sebanyak 279 rumah sudah teraliri air Pamsimas.  Layanan Pamsimas baru menjangkau warga Dusun Bungoran, beberapa rumah di Dusun Binakarya, dan sebagian warga Dusun Binatani.  Dusun Dusun Kaliampuk dan Dusun Tabaran belum terjangkau pelayanan Pamsimas.  Kedua dusun tersebut akan menjadi perhatian Jailani selaku pengelola KPSPAMS dan pemerintah desa untuk segera mendapatkan pelayanan Pamsimas.

“Saat ini jumlah sambungan rumah (SR) sebanyak 279 unit yang telah dilengkapi dengan meteran air,” tutur Jailani, Ketua KPSPAMS Desa Samustida.  Yang patut diacungi jempol adalah 237 SR merupakan hasil swadaya masyarakat dan hanya 42 SR yang dibiayai lewat APBN dan APBDes.  Swadaya masyarakat yang sungguh luar biasa!

Tingginya swadaya masyarakat ini dipicu oleh adanya 42 SR yang dibiayai dari dana APBN dan APBDes.  “Warga sangat antusias untuk mendapatkan sambungan rumah, bahkan rela menyisihkan uang Rp 700.000 – 1.000.000 untuk membeli pipa dan asesoris termasuk meteran air demi mendapatkan akses air Pamsimas,” tutur Jailani.  Swadaya masyarakat untuk  pengadaan 237 SR beserta perlengkapannya ini mencapai lebih dari Rp 200 juta.  Untuk penyambungan pipa dilakukan oleh KPSPAMS.

Melihat jernihnya air Pamsimas, tinggal putar kran air sudah ada di rumah, membuat warga rela menyisihkan uang kebutuhan sehari-hari untuk dapat menikmati air Pamsimas.  “Kami hanya perlu membayar Rp 3.000 per m3 ditambah biaya beban Rp 3.000 per bulan.  Bulan Maret lalu tagihan air kami hanya Rp 30.000,” tutur Juniarti, seorang ibu rumah tangga.

Masyarakat merasa bersyukur dengan adanya program Pamsimas, hidup menjadi ringan dan serasa lebih mudah.  Sebelum Pamsimas masuk desa, saat musim kemarau tiba, warga sibuk mencari air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.  Warga memanfaatkan sumber air dari sumur atau kolam air yang dibangun di belakang rumah.  Namun saat kemarau tiba, sumur/kolam air mengering sehingga mereka terpaksa mengambil air ke sungai  yang kadang air sungaipun turut mengering.  Sudah barang tentu secara kualitas air tersebut tidak layak dikonsumsi, selain airnya keruh, berbau, rasa agak asam, dan payau.

”Jika musim kemaru datang, warga desa semua repot, kami harus ambil air dengan jerigen.  Kalau   punya motor atau sepeda enak, bisa ambil sendiri tapi juga butuh bensin dan jaraknya juga lumayan sekitar 2 Km.  Kalau yang gak punya kendaraan harus rela merogoh kocek Rp 3.000 – 5.000  untuk satu jerigen ukuran 30 liter.  Namun setelah ada Pamsimas jika musim kemarau datang seolah-olah tidak sedang dalam musim kemarau,” kenang Pahmi yang sehari-hari sebagai petani.

“Sejak ada Pamsimas, air lancar, walaupun kemarau terasa bukan kemarau lagi, kami 24 jam setiap hari dapat memanfaatkan air Pamsimas,” tutur Lisa, ibu rumah tangga lainnya.

Kegembiraan juga dirasakan anak-anak sekolah di Desa Samustida.  Dengan datangnya wabah COVID-19, anak-anak sekolah dapat memanfaatkan sarana cuci tangan yang dibangun melalui program Pamsimas sehingga membantu memutus mata rantai penyebaran virus Corona.  “Dengan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir kuman di tangan kami ikut jatuh, makan jajanpun jadi aman,” kelakar Erwin dan Arif saat cuci tangan di sekolah sebelum bergegas ke warung membeli jajanan.

Air Pamsimas betul-betul dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan berdampak positif bagi kesehatan dan kesejahteraan warga.  Yang membagakan dari Desa Samustida meski tergolong desa tertinggal namun semangat gotong royong dan swadaya untuk pembangunan desa sangat tinggi.  Luar biasa! (Endang Sri Rejeki-NMC/Hartono).

Dumentasi testimoni masyarakat penerima manfaat Pamsimas desa Samustida