Merauke, Papua – Perempuan adalah aktor strategis di dalam pembangunan. Tidak hanya pembangunan di desa-desa, tetapi juga pembangunan secara nasional. Walaupun begitu, berbagai studi menyebutkan, bahwa perempuan masih tergolong kelompok rentan yang sering mengalami berbagai masalah. Hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di banyak belahan dunia.

Perempuan sering dianggap sebagai kelompok kelas kedua (subordinat) sehingga mereka tidak memperoleh persamaan hak dengan laki-laki. Perempuan dinilai hanya cocok dalam melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan urusan rumah tangga.

Dengan berjalannya waktu, perempuan mulai bangkit untuk membuktikan keberadaan mereka layak untuk diperhitungkan. Kecerdasan serta kepiawaian perempuan-perempuan Indonesia, khususnya, tidak bisa lagi dianggap remeh karena telah turut berkontribusi terhadap pembangunan.

Salah satu contoh, peran perempuan di dalam upaya pelaksanaan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Kampung Kuler Distrik Naukenjerai Kabupaten Merauke Provinsi Papua, terkait penuntaskan  permasalahan air minum dan sanitasi.

Dalam hal ini, Program Pamsimas menjadi salah satu solusi pendekatan  yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kaum perempuan atau biasa masyarakat Papua menyapa dengan sebutan “mama-mama” untuk berperan secara aktif pada setiap tahapan Program Pamsimas.

Peran mama-mama di Kampung Kuler ini, sudah terlihat sejak awal Program Pamsimas masuk tahun 2019 dengan sumber dana APBN reguler dan tahun 2021 dana Hibah Insentif Desa (HID) Pamsimas.  Dimulai dari sosialisasi awal di desa, kemudian pemilihan KKM – pihak yang akan mengelola Program Pamsimas di desa, serta pembuatan perencanaan kegiatan; mama-mama turut hadir dalam setiap pertemuan serta berpartisipasi menyumbangkan ide, pikiran dan gagasan. Hal ini terbukti dengan terpilihnya mama Maria Rumra sebagai Koordinator KKM (Kelompok Keswadayaan Masyarakat).

Mama-mama Kampung Kuler juga turut mengambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk sarana air minum dan sanitasi dengan  menyumbangkan tenaga mereka. Para mama-mama ini bekerja bersama dan berbagi peran  dengan  kaum laki-laki. Mereka, para mama-mama mengangkut tanah galian dari jalur pipa serta  menara air dan sarana cuci tangan (SCT), bahkan ada juga yang turut membuat galian pipa.  Mama-mama terus tersenyum bahagia saat bekerja dan membangkitkan semangat positif tanpa lelah demi mendapatkan kemudahan akses air minum yang layak.

Seperti ungkapan dari salah satu mama Kampung Kuler.  Maria Ndiken selaku Kepala Kampung Kuler menyampaikan, sebelum Program Pamsimas masuk ke Kampung Kuler, masyarakat di kampungnya, khususnya mama-mama untuk mendapatkan air bersih harus berjalan kaki sekitar 2 km sampai ke sumber air permukaan (Bendali).

Bersyukurlah Program Pamsimas dapat diselesaikan oleh masyarakat dengan baik, sarana sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga para mama-mama tidak perlu lagi berjalan kaki yang cukup jauh untuk mengambil air. Berkat Program Pamsimas, kini, warga kampung cukup mengambil air di dekat rumahnya, bahkan ada yang tinggal buka kran di rumah.

Maria Rumra Selaku Koordinator KKM menjelaskan secara rinci sarana yang dibangun Pamsimas meliputi: sumur bor, menara air, jaringan perpipaan dan sambungan rumah (SR) dilengkapi meteran air.  Pemerintah Kampung juga membantu melalui kucuran Anggaran Pendapatan Belanja Kampung (APBK) sebesar 98.719.000 rupiah yang digunakan untuk penambahan jaringan perpipaan dan sambungan rumah. Saat ini sudah ada 77 unit sambungan rumah (SR).

Meisye Margareth, salah satu mama Kampung Kuler dipercaya masyarakat untuk menjadi Ketua KPSPAMS, sebuah kelembagaan yang dibentuk masyarakat untuk mengelola sarana air minum Pamsimas.  Mama Meisye mengatakan, antusiasme ditunjukkan warga kampung  khususnya mama-mama yang aktif terlibat dalam seluruh proses kegiatan Pamsimas mulai dari persiapan, perencanaan, hingga pelaksanaan. Bahkan mama-mama ikut terlibat dalam pelaksanaan pembangunan sarana. Sejumlah mama-mama terlihat berjajar diantara kaum laki-laki dalam proses pekerjaan penggalian dan pemasangan pipa.

Kini mama-mama Kampung Kuler sudah dapat tersenyum bahagia karena mereka sudah terpenuhi akan kebutuhan air bersih melalui sejumlah sambungan rumah.  Mama-mama tidak sulit lagi mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.  Mereka tidak perlu lagi berjalan kaki cukup jauh untuk  mendapatkan air. (Rachmat T-DC Merauke/Dorkas A Koebanu-TA STBM Prov Papua/ Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).