Halsel, Maluku Utara – Beberapa waktu yang lalu penulis bersama sejumlah pengurus Asosiasi Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) Perdesaan Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) melakukan kunjungan kerja monitoring desa pasca ke Desa Yaba. Desa Yaba berada di wilayah pesisir Kecamatan Bacan Barat Utara Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara.
Berdasar data dari kondisi keberfungsian sarana yang diperoleh dari pengelola Pamsimas Kabupaten Halsel, Desa Yaba termasuk dalam salah satu desa yang berstatus “merah,” artinya sarana yang dibangun sudah tidak berfungsi lagi dan masyarakat tidak lagi dapat menggunakan sarana air minum yang dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Saat program Pamsimas masuk ke desa tahun 2014, masyarakat setempat belum mendapatkan akses air minum layak. Sebagian warga mendapatkan air untuk kehidupan sehari-hari dari sumur gali yang mengering di musim kemarau. Sumber air baku lain yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih berasal dari air sungai yang mengalir di sepanjang dusun.
Kantor Puskesmas Bacan Barat Utara yang dibangun tujuh tahun silam, hingga saat ini juga belum didukung fasilitas air bersih. Saat ini masih mengandalkan pasokan air dari sumur gali dengan konsisi air yang sangat terbatas, kadang harus mengupah masyakat untuk mengambil air di sungai.
Saat perencanaan program Pamsimas dibuat, sistem penyediaan air minum (SPAM) yang akan dibangun mencakup pelayanan di dusun 1 dan 2, dengan jumlah pemanfaat 40 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 153 jiwa. Perencanaan SPAM perdesaan tersebut akan dibiayai dari dana BLM APBN sebesar Rp 230 juta ditambah swadaya masyarakat senilai Rp 57,5 juta.
Saat pembangunan SPAM selesai dibangun, pada awal tahun 2015 sekitar 153 jiwa (40 KK) yang menghuni dusun 1 dan dusun 2, sudah dapat menikmati kemudahan mendapatkan air melalui jaringan perpipaan yang dibangun program Pamsimas. Warga desa tidak perlu lagi menyusuri sungai demi seember air. Sementara warga di dusun 3 dan dusun 4 belum terjangkau layanan Pamsimas, mereka masih harus menunggu pengembangan layanan Pamsimas selanjutnya.
Seiring bergulirnya waktu, karena kurangnya kesadaran masyarakat membayar iuran air, sarana air minum yang dibangun tiga tahun lalu, terbengkalai. Sebanyak 153 jiwa tidak lagi dapat menikmati kemudahan mendapatkan layanan air dari Pamsimas. Mereka kembali menyusuri sungai, untuk menimba air dan harus berjalan kiloan meter. Keringatpun kembali menetesi jalan setapak yang dulu pernah mereka lalui hanya untuk mendapatkan seember air.
Melihat kondisi yang memprihatinkan, Irwan bersama KKM dan pengurus KPSPAMS Desa Yaba melakukan peninjauan ke lokasi pembangunan bak penampung di atas bukit. Sungguh sangat memprihatinkan, bangunan yang dulunya mampu menampung berliter-liter air yang disalurkan ke permukiman warga, kini menjadi bangunan yang tidak berguna lagi, di sana-sini dipenuhi tumbuhan semak belukar. Tumbuhan liar tersebut menjadi saksi bisu, kala itu di lokasi tersebut dibangun SPAM dengan pasir dan batu bercampur dengan tetesan keringat warga. Bangunan beton berwarna biru cerah yang dulu terlihat kokoh, kini menjadi suram dengan warna kusam, cat biru mulai memudar dan ditumbuhi lumut. Selain kondisi bak penampung, pipa-pipa juga banyak yang rusak. Sungguh pemandangan yang memprihatinkan.
Desa Yaba tidak hanya rendah dalam akses air bersih, akses terhadap sanitasi juga sangat buruk. Ada sekitar 80% warga desa masih melakukan buang air besar di sembarang tempat, antara lain di pinggir pantai dan di kebun. Hal ini ada kaitannya dengan sulitnya warga desa mendapatkan air bersih.
Setelah melakukan identifikasi kerusakan pada sarana yang terbangun, rombongan melanjutkan pendataan warga dusun 3 dan 4 yang belum mendapatkan pelayanan air Pamsimas. Rombongan tidak lupa berpesan kepada warga desa akan pentingnya air bersih dan sanitasi untuk kesehatan dan kehidupan warga.
Perjuangan warga untuk kembali menikmati air bersih, menemui titik terang. Pada awal tahun 2019 warga dusun 3 dan 4 melakukan musyawarah dan menyepakati untuk bergotong royong membangun sarana air bersih secara swadaya. Kabar baik ini sampai ke telinga Puskesmas yang juga membutuhkan pasokan air bersih. Pihak Puskesmas mengulurkan tangan dan memberikan kontribusi Rp 3 juta untuk pembelian pipa dan bahan-bahan lainnya.
Dengan stimulan dana Puskesmas, masyarakat menyusuri sungai dan tebing untuk mencari sumber air baku. Mereka menemukan sumber air untuk dibangun bak penangkap mata air yang dapat mengaliri air warga dusun 3 dan 4. Mereka terkendala karena harus menyediakan pipa cukup panjang untuk mengalirkan air ke permukiman warga.
Warga dusun 3 dan dusun 4 tidak patah semangat, mereka terus bergerak untuk mewujudkan keinginannya. Dengan difasilitasi Tim Asosiasi SPAMS Perdesaan Kabupaten Halsel, warga melakukan koordinasi dengan beberapa desa tetangga menyampaikan keinginan dan mengemukakan kesulitan yang dihadapi. Hasilnya, masyarakat Desa Kokotu, Desa Loleo Mekar, Desa Geti Lama dan Desa Nusa Babulah berkenan meminjamkan sisa pipa yang dimilikinya.
Menyeberangi lautan dengan keterbatasan dana, ketulusan desa sekitar untuk membantu dan meminjamkan perahu dan bahkan bersedia membantu secara sukarela dalam membangun sarana air bersih, menjadi satu hal yang sangat membanggakan bagi masyarakat Bacan Barat Utara.
Kebahagiaanpun bertambah ketika di tahun 2019 Desa Yaba mendapat alokasi Dana Alokasi Khusus Air Minum (DAK AM) dari pemerintah kabupaten. Dana tersebut dimanfaatkan untuk mengembalikan keberfungsian sarana air minum yang dulunya memberi manfaat warga. Kini warga dapat tersenyum kembali karena air yang dirindukan telah mampu “membasi” desanya.
Kepedulian bukan hanya diucapkan dan dikumandangkan, tapi diwujudkan dengan karya dibarengi keiklasan. Semoga para pemangku kebijakan lebih mendengar keluhan masyarakat khususnya di pelosok negeri yang merindukan kemudahan dalam mendapatkan air bersih dalam kehidupannya. (Iswanto-Sekertaris Asosiasi Pengelola SPAMS Kab Halsel/Endang SR-NMC/Hartono).