Pasaman, Sumatera Barat – Musim hujan yang mulai melanda sebagian besar wilayah Indonesia terutama di belahan Indonesia bagian barat pada Desember/awal Januari 2020, turut memberi dampak negatif pada sebagian sarana air minum yang dibangun melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat, atau PAMSIMAS.

Di wilayah Sumatera musim hujan datang lebih dulu. Bahkan di Kabupaten Pasaman di Sumatera Barat terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang di ‘Jorong’ (desa) Rumbai. Akibat hujan lebat akhir November 2019, mengakibatkan banjir bandang yang dahsyad dan memporak-porandakan Desa Rumbai dan mengakibatkan sarana Pamsimas yang dibangun tahun 2018 ikut terseret banjir bandang.  Sarana yang terdampak bencana antara lain bangunan intake (unit pengambilan air baku) dan jaringan pipa ditribusi yang menghantarkan air Pamsimas ke kawasan permukiman warga setempat.

Jorong’ Rumbai berada di Kecamatan Mapat Tunggul, berjarak kurang lebih 225 Km dari ibukota Kabupaten Pasaman, hanya beberapa langkah ke perbatasan Provinsi Kepulauan Riau.  Desa berpenduduk 325 KK atau sekitar 1237 jiwa, 214 KK diantaranya tergolong miskin, merupakan lokasi remote dengan akses jalan sangat parah.

M Taufik, salah seorang warga Desa Rumbai yang dipercaya menjadi Ketua Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS), lembaga pengelola sarana Pamsimas, berjibaku bersama rekan-rekanya di KPSPAMS dengan dibantu masyarakat untuk memulihkan kondisi sarana pasca banjir bandang.

Saat Tim Pamsimas Kabupaten datang ke desa, M Taufik sambil memperbaiki sarana air minum yang rusak menuturkan, sarana air minum Pamsimas berfungsi baik dan mulai dimanfaatkan warga sejak 29 Desember 2018. Warga desa pada hari itu terlihat penuh suka cita, kebahagiaan itu bersumber dari air yang sudah mengalir dari program Pamsimas. Berkat Pamsimas warga dapat menikmati kemudahan mendapatkan air yang selama bertahun-tahun dirindukan warga desa. Sungai yang tadinya dipakai untuk mencukupi kebutuhan air sehari-hari sudah ditinggalkan, dan keinginan warga untuk memiliki jamban sendiri tinggal selangkah lagi. Warga juga berkomitmen untuk memiliki sambungan rumah (SR) sehingga tinggal membuka buka kran air dari rumah.

Keceriaan warga menikmati air hanya berjalan setahun hingga datang musibah banjir akhir November 2019, yang kemudian meluluhlantakan dan memporak-porandakan sarana Pamsimas. Intake di sumber air telah hilang tersapu banjir bandang, jaringan pipa tidak lagi ada, hanyut hilang bersama banjir yang datang.  Cuma tangis dan airmata, rasa shock luar biasa masyarakat karena kehilangan sumber kehidupan mereka. Letih gotong royong yang telah ditunjukkan selama pembangunan program Pamsimas, terasa begitu pahit. Kontribusi warga berupa in-cash (uang tunai) hilang percuma, tinggal menyisakan sisa-sisa banjir dan air mata.

Kondisi ini menggeraklan Taufik dan teman-teman di KPSPAMS untuk mengadu ke Pemda Kabupaten Pasaman, dalam hal ini ke pihak OPD terkait. Mereka mengharapkan bantuan dari Pemda untuk memperbaiki jaringan perpipaan yang rusak parah. Sayangnya bantuan yang diharapkan tidak bisa segera datang mengingat kejadian bencana sudah di penghujung tahun sehingga sudah tutup anggaran.

Miris memang yang dihadapi Taufik dan kawan-kawan. Para pengelola KPSPAMS tidak mau ketinggalan akal, tidak mau berdiam diri berpangku tangan, dan tetap gigih untuk memulihkan sarana air minum yang rusak. Bersama aparat Desa dan masyarakat, mereka bergotong royong mengumpulkan semua jaringan pipa yang berserakan yang masih bisa dipakai untuk disambung lagi. Puluhan warga masyarakat berjibaku turun ke lokasi sumber air untuk memperbaiki kerusakan. Ada rasa haru dan tumbuhnya spirit kebersamaan yang ditunjukkan warga demi ‘setetes’ air kehidupan. Tekad mereka hanya satu, yaitu air harus segera mengalir

Kerja keras dengan swadaya penuh membuahkan hasil; sebagian kecil sarana bisa dipulihkan, meski lebih banyak sarana yang tidak dapat diperbaiki, sehingga sebagian besar warga belum mendapatkan layanan air. Masyarakat telah menunjukkan kegigihan yang tinggi untuk memulihkan sarana, tetapi apa daya karena kekurangan pipa akibat hanyut terbawa banjir bandang, maka pemulihan sarana hanya bisa dilakukan sebagian saja.

Masyarakat Desa Rumbai masih sangat membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan bergantinya tahun, dan dimulainya tahun anggaran baru, apa yang disampaikan/dilaporkan masyarakat akan menjadi perhatian Pemda setempat. Semoga hal ini juga menjadi perhatian pemerintah pusat, untuk bisa mengalokasikan anggaran Hibah Air Minum Perdesaan Penanganan Pasca Bencana (HAMP-PPB), yang juga pernah dikucurkan untuk memulihkan sarana Pamsimas terdampak bencana gempa di Lombok dan Sulawesi Tengah.

Semoga bencana yang melanda ‘Jorong’ Rumbai menggugah semua fihak untuk mengulurkan tangan dan saling membantu guna meringankan sesama (Yatni Ardi, SE-Co DC Pasaman/Endang SR-NMC/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).