Morowali, Sulteng – Rahima (55) tahun, berjalan diatas teriknya bulan Oktober pukul 12 siang ini. Seutas kain putih lagi lusuh nampak melilit  bagian wajah dan kepalanya. Terik yang memanasi tubuhnya tak jadi halau baginya, sambil kedua tangannya nampak merapikan jerigen-jerigen air dihadapannya, “susah betul pak kita di Puungkeu ini, kalau tidak ada air begini kita mau memasak, mau minum, cuci piring tidak bisa. Jadi mau mokula oleo toleu umahi (biar panas matahari kita datang ambil air), biasanya pak sampe tengah malam kita ba antri (mengantri) air. Sensara (sengsara) betul kasian”, tuturnya sambil menyeka peluh didahinya.

Rahima merupakan salah seorang warga Desa Puungkeu, terletak diantara tanjung Bahoumumpa Desa Bete-Bete dan Tanjung Batu Manu Desa Tangofa kecamatan Bungku Pesisir Kab Morowali, sebelumnya hanya dapat dicapai melalui jalur laut. Posisi yang terbilang jauh serta jauh dari desa tetangganya membuat Puungkeu termasuk desa terpencil dengan kategori ekstrim yang sulit dijangkau.

Namun sejak 3 tahun terakhir boleh dikata telah lebih mudah dilalui lewat jalur darat  pasca pembukaan jalan sepanjang 8 KM dari desa tetangga yakni Tangofa dibanding sebelumnya. Hanya saja kondisi jalan yang buruk karena harus melewati setidaknya 2 anak sungai dengan keadaan jalan terjal berbatu ditambah kontur pegunungan dan jurang-jurang curam sepanjang tepi bagian timurnya mengharuskan yang melaluinya mesti ekstra hati-hati menaklukan bebatuan tajam dengan kondisi jalan menanjak tinggi bahkan terjal menukik. Sementara itu, Jarak tempuh desa Puungkeu juga tergolong cukup jauh dari Ibukota kabupaten yakni 97 KM dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 3 jam lamanya, hal ini pula menjadi pertimbangan jika hendak menuju ke desa ini.

Sejak Lima bulan yang lalu Puungkeu ditetapkan sebagai desa penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pamsimas 2017 melalui SK No.35/KPTS/DC/2017. Sejak itu pula segala proses kegiatan pamsimas berjalan tahap demi tahap, proses demi proses. Sosialisasi ditingkatan masyarakat digiatkan dalam setiap tahapan, pendampingan diintensifkan dalam semua proses. Puungkeu menjadi inti perhatian bagi fasilitator yang tengah ditugaskan merajut asa penduduk desa dalam memperoleh air minum. Pula menjadi titik perhatian Pamsimas Khususnya Roms 16 Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Menilik pada pembangunan Sarana Air Minum dan Sanitasi yang ada sebelumnya, boleh dibilang Puungkeu seperti pilu yang tak memiliki sudut apalagi ujung. Betapa tidak, ditengah-tengah perkembangan Kab. Morowali sebagai daerah penghasil nikel terbesar di Asia Tenggara , Desa Puungkeu sebagai salah satu desa yang ada didalamnya nyatanya membisu dibidang pembangunan Air Minum dan sanitasi. Tidak ada sumber air yang mudah diakses dan digunakan masyarakat, tidak ada sarana Air Minum memadai yang disediakan Pemerintah Daerah untuk digunakan masyarakat selain pilihan menggantungkan kebutuhan pokok air minum satu-satunya hanya pada 1 unit sumur warga yang hampir tak layak konsumsi karena rasanya yang asin, yang digunakan oleh 102 kepala Keluarga dengan 560 jiwa penduduk desa.

Keterbatasan air minum ini telah dirasakan masyarakat Puungkeu sejak lama. Dulu, masyarakat desa banyak yang membuat sumur gali untuk dimanfaatkan sebagai sumber air, hanya saja sumur ini tidak bisa digunakan warga untuk dikonsumsi sebagai air minum yang layak sebab rasanya yang asin karena letak desa berada dipinggir pantai yang yang menyebabkan  sumur gali menjadi asin karena dipengaruhi air laut.  “biar juga kita bagali sumur tiap rumah tidak bisa kita pake minum, paling untuk mencuci saja karena asin, makannya syukur sekali kita ini Pamsimas masuk disini, kita sendiri yang kerjakan, kita juga yang kelola jadi kita bisa bikin lebih baik” Ungkap Anwar kordinator KKM Durian Desa Puungkeu.

Bagi Masyarakat Desa Puungkeu, program Pamsimas menjadi satu-satunya pemberi jalan keluar dari kerumitan hidup warga dalam memperoleh air minum yang baik dan sehat, dikala yang lain hanya dapat menyediakan harapan tanpa kenyataan.

Kini, program Pamsimas membangun desa terpencil dibagian pesisir Kabupaten Morowali itu, infrastruktur dibidang air minum digenjot guna perubahan kearah yang lebih baik. Dana  Pamsimas yang bersumber dari APBN digunakan warga membangun Bak Penangkap Mata Air (PMA), pembangunan Jaringan Perpipaan sepanjang kurang lebih 2 KM, demikian pula pada upaya pembangunan Sumber Daya Manusia dibidang Sanitasi dibangun 2 bilik jamban Sekolah serta sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dilingkungan sekolah Dasar yang sebelumnya tak memiliki sarana jamban sama sekali.

Dalam pelaksanaan Program Pamsimas, masyarakat yang sebelumnya telah membentuk Kelompok Keswadayaan masyarakat (KKM) dan Satlak aktif dalam menjalankan semua proses dan tahapan pamsimas, mulai dari membuat perencanaan yang dibantu fasilitator, mengelola keuangan, melakukan pembelanjaan, serta turut bersama-sama warga dan aparat desa dalam melaksanakan pembangunan sarana Air Minum dan Sanitasi didesa. Pembangunan sarana ini, dimulai sejak bulan April sampai bulan November 2017, saat ini, pembangunan BPMA, Jaringan Perpipaan, Jamban Sekolah dan CTPS telah rampung dilaksanakan dengan swadaya masyarakat yang terbilang sangat tinggi.

Pada pelaksanaan pekerjaannya kata Anwar Koordinator KKM Durian Desa Puungkeu, melanjutkan ceritranya “masyarakat dibagi dalam beberapa kelompok kerja (Pokja) setiap hari ada yang kerja. Kemarin hari sabtu, semua orang turun angkat pipa, ibu-ibu kami khususkan menggali jalur pipa didalam kampong dibantu remaja dan anak-anak sekolah yang sudah bisa kerja. Sementara yang laki-laki harus mengangkat pipa dari desa sampai kesumber air hingga mengikuti jalur pipa yang sudah kita gali sebelumnya” Diakuinya, cara ini sangat efektif dalam menggalang swadaya masyarakat dalam bentuk in-Kind yang di persyaratkan program Pamsimas.

Pasca pembangunan Sarana Air Minum dan Sanitasi (SAMS) yang dilakukan pamsimas selama 5 bulan terakhir, Perubahan sangat dirasakan warga, sumber air yang dulu langka dan susah diakses sekarang masuk kerumah-rumah warga. Pilu kini seolah tak lagi memiliki bentuk, Ia telah menemukan ujungnya, dan Warga menjadi penyaksi atas lelahnya memelihara harapan mendapatkan air selama ini. “Terima kasih kepada Pamsimas, sekarang kami masyarakat Puungkeu sudah mengalir airnya. Kami tidak lagi antri ambil air disumur seperti biasa” ucap Rahima sambil menyeka air dimatanya kemudian berlalu pergi. (Bahrun Samran – FM CD  Morowali;Deddy S-WDA NMC)