Minahasa, Sulut – Manembo adalah nama sebuah desa di Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.  Desa Manembo dapat ditempuh dalam waktu ± 50 menit dari ibukota kabupaten melalui jalan darat.  Desa Manembo dihuni 503 Kepala Keluarga (KK) atau 1.480 jiwa, yang sebagian besar merupakan petani. Bentangan sawah dan perkebunan rakyat memanjang dari pinggiran danau Tondano hingga ke wilayah pegununungan.

Kecamatan Langowan berada di lokasi strategis yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa di bagian tengah.  Kecamatan Langowan Selatan menjadi pusat mobilitas barang dan jasa, dimana terdapat sejumlah pertokoan, pasar, dan terminal.  Langowan merupakan daerah transit ekonomi dan lintasan perhubungan jalur tengah Provinsi Sulawesi Utara yang menghubungkan sejumlah kabupaten di pesisir selatan.

Tahun 2019 Desa Manembo mengajukan surat minat ke Panitia Kemitraan (PAKEM) untuk mengikuti program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).  Surat direspon positip Bupati Minahasa dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menetapkan Desa Manembo menjadi lokasi Pamsimas tahun 2020.  Melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) APBN tahun 2020, dibangun sistem penyediaan air minum (SPAM) dengan memanfaatkan sumber mata air baku yang berada di pegunungan sekitar 1 KM dari desa.   Sumber air tersebut kemudian dialirkan ke permukiman penduduk melalui jaringan perpipaan secara gravitasi.

Kehadiran Pamsimas disambut antusias berbagai komponen masyarakat Desa Manembo.  Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam setiap tahapan kegiatan Pamsimas.  Kemudian datanglah pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020 yang berdampak pada perekonomian masyarakat dan turunnya tingkat partisipasi masyarakat khususnya kaum laki-laki.    Dalam situasi demikian, kelompok perempuan mengambil peran aktif berpartisipasi dan berkontribusi dengan melibatkan diri mulai dari perencanaan dan pengorganisasian kegiatan serta kontrol terhadap pekerjaan di lapangan.  Mereka (kaum perempuan) turut mnengambil peran dan bahkan menjadi motor penggerak dalam setiap tahapan kegiatan Pamsimas.

Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM) yang merupakan pengelola program Pamsimas Desa Manembo dipimpin seorang perempuan, Ibu Marline Tuju.  Marline sosok yang sederhana namun tegas dalam mengambil keputusan.  Kaum perempuan yang sehari-harinya sangat bersinggungan dengan masalah air, menunjukkan kepeduliannya.    Urusan memasak, mencuci, mandi, dan sebagainya menjadi alasan bagi Marline Tuju dan kelompok perempuan lainnya untuk tampil ke depan dan berani mengambil  tanggung jawab dan berperan aktif dalam mewujudkan SPAM di desanya melalui program Pamsimas.

Mulai dari sosialisasi desa (Sosdes), pelaksanaan Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi (IMAS) di Desa Manembo, seorang Marline Tuju terus menunjukkan minat.  Ia juga sangat aktif dalam kegiatan FGD dan kegiatan penelusuran wilayah (Transect Walk) dalam proses penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan Penyusunan   PJM Pro-Aksi yang menjadi landasaran pelaksanaan program Pamsimas.

Marline Tuju menceritakan berbagai masalah keseharian yang dihadapi kaum ibu-ibu karena keterbatasan air, karenanya ia dan kaum perempuan lainnya sangat merharap dengan program Pamsimas.  Dari berbagai diskusi dan dialog tersebut, Marline Tuju dan kelompok perempuan lainnya menunjukkan kepedulian pada hadirnya program Pamsimas.  Untuk itu, ia bersedia mengambil tanggung jawab dengan menjadi Koordinator KKM.

Sebagai perempuan yang bertanggung jawab mengurusi rumah tangga sekaligus menjadi Koordinator KKM di tengah situasi pandemi COVID-19, bukanlah perkara yang mudah. Terlebih dalam situasi pandemi yang memberi dampak perekonomian masyarakat dan berdampak menurunnya tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.  Masyarakat dihadapkan pada pilihan menyelamatkan ekonomi keluarga atau berpartisipasi untuk kemaslahatan bersama.  Dibutuhkan kiat dan pendekatan khusus dalam meningkatkan tingkat partisipasi masyarakat.  Melalui pendekatan persuasif kepada ibu-ibu rumah tangga, diatur jadwal kegiatan yang memungkinkan masyarakat terutama pria/kepala rumah tangga dapat terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Selaku Koordinator KKM, ia menunjukkan kepemimpinannya dalam menghimpun para ibu rumah tangga untuk mengatur dan menjadwalkan waktu in-kind (gotong royong) bagi para suami, mengatur shift pembagian waktu kerja HOK serta berkoordinasi dengan Satlak, sehingga progres pekerjaan fisik dan administrasi dapat dilaksanakan sesuai rencana.

Lewat kegiatan Pamsimas, Marline Tuju dapat memperkaya pemahaman dan pengalaman baru, serta memperluas wawasan seperti  pentingnya sanitasi sehat bagi kehidupan keluarga, menjaga dan merawat sumber air dan menggunakan air secara bijak.  Tumbuh kesadaran baru dalam dirinya dan di kalangan masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).  Keterlibatannya dalam program Pamsimas telah meningkatkan rasa percaya diri, ternyata perempuan mampu melakukan pekerjaan yang diidentikan pekerjaan kaum lelaki;  mampu memformulasikan ide-ide baru dalam mengatasi situasi di lapangan, mampu berkoordinasi dan mengambil keputusan sesuai yang diharapakan.

Tidak semuanya dapat berjalan mulus.  Suka duka banyak dialami Marline Tuju baik secara pribadi maupun kolektif.   Tetapi setidaknya, Pamsimas telah memperkaya dirinya dengan jiwa sosial dan tetap tegaknya budaya gotong royong di tengah situasi pandemi yang tidak kunjung usai  (Marnita Yusuf-FM CD, Maudi Miojo-FS, dan Adri Wongkar-DC Kab. Minahasa/Hartono Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).