Kediri, Jawa Timur – Desa Besowo di Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri terletak di kaki gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang.  Desa ini berada di pinggiran hutan dan bantaran kali Kunto, tepat di belakang gunung Gajah Mungkur yang merupakan ring satu daerah bahaya gunung meletus.  Desa berpenghuni 2.339 KK atau 7.925 jiwa yang tersebar di delapan dusun, dengan mata pencaharian rata-rata sebagai petani dan pedagang, sebagian lagi merupakan penambang pasir dan batu.

Kultur masyarakat masih kental dengan budaya leluhur.  Kultur masyarakat pinggir hutan dengan penganut agama Islam, Kristen, Hindu, dan aliran kepercayaan. Adat gotong royong atau ‘Soyo’ dalam bahasa Jawa, merupakan cikal bakal kultur masyarakat Jawa khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya masih berkembang dengan baik dan terus dilestarikan.

Secara turun-temurun  masyarakat Besowo mayoritas menggunakan air sungai (LAK) yang secara kasat mata tampak berwarna keruh, lebih-lebih di musin hujan.  Air ini tidak bisa digunakan secara langsung, tapi diproses dengan didiamkan dan diendapkan sehingga didapat air yang jernih.  Air ini sangat mungkin tercemar bahan pertanian/pestisida mengingat disepanjang saluran air di kanan-kiri masih ada pertanian. Spam yang digunakan masyarakat belum standar dengan kondisi memprihatinkan berupa aliran air terbuka sehingga rawan pencemaran pestisida tanaman.  Aliran air tersebut juga tercemar limbah hasil kegiatan masyarakat yang mengalir kembali ke aliran air tersebut.

Ada dua persoalan mendasar terkait masalah air bersih di desa ini.  Pertama terkait kesadaran masyarakat, dimana masyarakat masih merasa nyaman dan kurang memberi perhatian terhadap buruknya kualitas air minum yang dikonsumsi yang dapat mengancam kelangsungan hidup mereka.  Kedua adanya kegagalan program Spam desa.  Beberapa program Spam yang diluncurkan oleh pemerintah hampir selalu berakhir tragis, selain Spam tidak berfungsi, tidak berkelanjutan, dan sarana terbengkalai. Hal ini menyebabkan masyarakat sangat pesimis jika ada pembangunan Spam.

Berbagai program/proyek dalam kerangka menyelesaikan persoalan air minum  selalu gagal.  Diantaranya, proyek pembangunan sumur pakai dongki, pembangunan tenaga surya, bantuan pipanisasi PU, CSR dari Astra, dll.  Semuanya kandas di tengah jalan.  Pangkal persoalan yang sebenarnya terjadi belum ada yang tahu, apakah salah dari segi teknis, atau kurangnya rasa memiliki dari masyarakat.  Setiap  program/proyek  seperti hujan di musim kemarau hanya menghapus dahaga sesaat.  Atau seperti seorang musafir di gurun yang mengharapkan turun hujan namun tak kunjung datang. Harapan masyarakat tinggallah harapan, yang selalu  kecewa setiap saat, seperti  remaja yang selalu diputus cintanya, atau seperti orang tua ditinggal pergi anaknya. Harapan tinggalah serpihan fatamorgana yang hanya meninggalkan luka.

Hadirnya program Pamsimas tahun 2018 dengan pendekatan tanggap terhadap kebutuhan dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama program, memberikan keyakinan dan harapan baru di tengah pengalaman buruk masyarakat dalam merespon program yang digulirkan pemerintah.

Bangunan Spam yang berdiri kokoh di Desa Besowo  ini bukan dibangun oleh kontraktor-kontraktor besar, atau pemborong-pemborong profesional, melainkan melalui sentuhan tangan-tangan  masyarakat lemah dibawah bimbingan para tenaga Fasilitator  Pamsimas.  Masyarakat yang selama ini dipandang lemah, katrok, bahkan terbelakang, ternyata  memiliki potensi yang luar biasa dan patut untuk dibanggakan.  Ini merupakan realita  yang tidak bisa dipungkiri dan harus diakui keberadaannya.  Dengan berfikir dan berbuat bersama dalam program Pamsimas, program air minum dan sanitasi ini mampu menjawab persoalan yang selama ini belum terpecahkan di Desa Besowo.

Program Pamsimas telah memberikan ruang gerak pada masyarakat untuk membuka sebuah realita baru dalam perencanaan dan pelaksanaan serta dalam pengambilan keputusan. Program Pamsimas yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat, telah membangkinkan rasa memiliki di kalangan warga desa untuk merencanakan kegiatan, mengelola kegiatan/program,  dan menjaga keberlanjutannya.

Ini merupakan perjuangan masyarakat desa, tidak perlu mengangkat senjata tapi menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan dari sebuah kehidupan. Berfikir untuk menemukan ide-ide yang sangat berguna untuk memajukan desa terutama dalam mengatasi persoalan air minum.  Dengan mengedepankan kearifan lokal, dengan melihat potensi yang ada, walau tingkat kesulitan yang sangat tinggi namun hasil akhir patut diapresiasi, menghasilkan manfaat yang dapat diakses oleh masyarakat tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk anak cucu di kemudian hari.

Pelaksanaan program Pamsimas di Desa Besowo memiliki tingkat kesulitan sangat tinggi dan tantangan berat.  Berkat ketekunan, kekompakan, dan doa dari semua pihak,  program Pamsimas di Desa Besowo bisa berjalan lancar dan hasilnya benar-benar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat banyak.  Kekompakan dan semangat pantang menyerah adalah modal terbesar dalam proses pemberdayaan masyarakat di Desa Besowo.  Senegap masyarakat Desa Besowo menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan mendukung program, semoga Allah memberikan keberkahan dan menjadi amal jariyah sepanjang masa. (Ali Ismail, SPd.I-FM CD Kediri.I/Hartono Karyatin-Adv & Media Sp Pamsimas)