Pekalongan, Jawa Tengah – Air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia, pengaruhnya sangat signifikan terhadap kehidupan manusia terutama terhadap kesehatan. Dengan meningkatnya derajat kesehatan dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat.

Ungkapan tersebut terlihat sederhana, namun bila dipahami dan dikaji lebih mendalam, dibalik ungkapan sederhana menyimpan kandungan maknawi filosofis mengagumkan. Betapa tidak, bila kondisi fisik sedang sakit, tidak dapat melakukan pekerjaan, yang barang tentu berdampak pada kesejahteraan hidup/kemiskinan.

Pemerintah Indonesia mencangkan akses universal air minum dan sanitasi, dimana seluruh masyarakat Indonesia mendapatkan akses air minum dan sanitasi secara penuh pada tahun 2019. Untuk mencapai akses 100% tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit. Karenanya untuk pembangunan air minum dan sanitasi (AMS), diperlukan terobosan dalam pembiayaan. Diperlukan kolaborasi pendanaan yang efektif antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, masyarakat, swasta, donor, lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Dalam upaya menekan laju kemiskinan, Pemerintah Kabupaten Pekalongan melakukan berbagai upaya salah satunya melalui program “Laboratorium Penanganan Kemsikinan”. Program ini diluncurkan pada acara Bazar Corporate Social Responsibiliy (CSR) di Desa Botosari Kecamatam Paninggaran Kabupaten Peklaongan, medio Desember 2018. Kegiatan bazar dihadiri Bupati Pekalongan KH Asip Kholbihi, SH MSi, OPD Kabupaten Pekalongan, Forum CSR, KPSPAMS dan masyarakat.

Dalam sambutannya Bupati menyampaikan, “laboratorium kemiskinan” merupakan model penanganan kemiskinan dengan melibatkan banyak komponen masyarakat. Terbentuknya laboratorium kemiskinan merupakan wujud dari forum CSR Kabupaten Pekalongan. Dengan program “Laboratorium Penanganan Kemiskinan” akan menciptakan akselerasi penurunan angka kemiskinan secara signifikan. Forum CSR Kabupaten Pekalongan didukung oleh sejumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Pekalongan, antara lain Bank Jateng, Bank BRI, BPR BKK Kabupaten Pekalongan, dan PDAM Tirta Kajen.

Salah satu bentuk kegiatan “Laboratorium Penanganan Kemiskinan” adalah pembangun sarana AMS dalam rangka untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi yang layak kepada masyarakat. Dengan adanya akses air minum dan sanitasi layak, dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu cara mengatasi dan memecahkan masalah kemiskinan.

Pada kesempatan tersebut, Bupati Pekalongan secara simbolis menyerahkan bantuan dana CSR untuk pengembangan sarana air minum di Desa Botosari Kecamatan Kecamatam Paninggaran. Bantuan senilai Rp 78 Juta diterima oleh Ketua KPSPAMS Tirta Adi Desa Botosari. Dana tersebut rencananya akan digunakan untuk pembangunan Penangkap Mata Air (PMA), bak penampung dan penambahan pipa transmisi.

Desa Botosari Kecamatan Paninggaran merupakan lokasi Program Pamsimas II tahun 2014. Desa terbagi dalam 9 dusun, dan yang diintervensi melalui program Pamsimas hanya 4 dusun. Pada tahun 2018 melalui Dana Desa dibangun satu sistem SPAM yang melayani satu dusun. Dengan demikian masih tersisa empat dusun yang belum mendapatkan akses air minum layak.

Untuk memenuhi pelayanan air minum di empat dusun lainnya rencananya akan dikembangkan SPAM perdesaan dengan memanfaatkan dana CSR dari sejumlah perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Pekalongan. Dana CSR tersebut diambilkan melalui program “Laboratorium Penanganan Kemiskinan”. Dana CSR sebesar Rp 78 Juta akan digunakan untuk membangun infrastruktur utama, seperti bangunan penangkap mata air,  reservoir dan sebagian pipa transmisi. Sebagian pipa transmisi lainnya akan rencananya akan dibiayai dari Dana Desa. Untuk pipa distribusi dan sambungan rumah (SR) akan didanai melalui Program Hibah Air Minum Perdesaan (HAMP 2019) dan kredit mikro. Diharapkan melalui berbagai sumber pendanaan tersebut seluruh dusun di Desa Botosari sudah mendapatkan akses air minum dan sanitasi pada tahun 2019 (Fianda Kusuma Dewi, ST-DC Kab. Pekalongan/Sri Wahyuni-TA CDCB Jateng/Hartono Karyatin-Adv & Media PAMSIMAS)