Bengkayang-Kalbar – Salah satu ciri khas bangsa Indonesia adalah gotong royong. Saat ini, modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya tidak membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budayanya. Namun, derasnya arus modernisasi dan globalisasi sangat berpengaruh terhadap budaya gotong royong dan perilaku masyarakat yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi diatas kepentingan bersama.

Semangat gotong royong yang mulai memudar ini sempat dirasakan oleh tim fasilitator masyarakat pada program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS III) Tahun Anggaran 2017, di Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Menurut Parida Ekayanti, S.E., dan Fidelis Olen, S, Hut, selaku Fasilitator Masyarat (FM-CD), dibutuhkan pendampingan yang ekstra dalam memotivasi masyarakat agar mau bergotong royong atau berkontribusi dalam program penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat di Desa Cipta Karya. Dibutuhkan kesabaran dan turut serta dalam kegiatan dilapangan, “kita sebagai fasilitator perlu memberikan contoh dan teladan bagi masyarakat, jadi kami turun tangan langsung dalam kegiatan gotong royong di Desa Cipta Karya”, demikian diungkapkan Parida Ekayanti. Senada dengan Parida Ekayanti, Fidelis Olen menyatakan, “masyarakat akan termotivasi jika kita turut serta dalam kegiatan”.

Dengan turut serta dan melalui pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, ternyata mampu memberikan dampak dan semangat kepada masyarakat untuk bergotong royong melaksanakan penggalian pipa, pembuatan bak penampung air, dan pengangkutan bahan serta material dari Desa ke lokasi pembangunan. Selaku Fasilitator Senior PAMSIMAS III di Kabupaten Bengkayang, Sugeng Jatmiko, ST mengungkapkan, “perlu pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk turut mendorong dan mengerakkan masyarakat untuk berkontribusi dalam pelaksanaan kegiatan, baik itu kontribusi dalam bentuk uang tunai maupun sumbangan tenaga, material, alat dan bahan”.

Menurut Arifin, selaku Satuan Pelaksana (SATLAK) kegiatan pada Kelompok Keswadyaan Masyarakat (KKM) Nasan Desa Cipta Karya, “kami awalnya tidak terlalu yakin mampu mengerakkan masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan gotong royong, karena biasanya masyarakat lebih mengutamakan pekerjaan mereka, apalagi jika jadwal gotong royong dilaksanakan bersamaan dengan musim tanam padi atau kegiatan berladang”. Diperlukan kejelian fasilitator dan KKM dalam menyusun jadwal kegiatan sehingga tidak berbenturan dengan aktivitas masyarakat. “Jadwal gotong royong kami upayakan tidak bersamaan dengan saat tanam padi di sawah atau di ladang, jika bebenturan jadwalnya, masyarakat lebih memilih tanam padi daripada menggali jalur pipa”, demikian ditegaskan oleh Narisa, selaku Ketua ‘KKM Nasan’. Penjadwalan kerja di bagi menjadi lima kelompok, “kelompok kerja ini kami bentuk berdasarkan RT (Rukun Tetangga), untuk lebih mempermudah dalam pengkoordinirannya”, demikian ungkap Fidelis Olen.

Dalam perjalanannya, pelaksanaan kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat (PAMSIMAS III) Tahun Anggaran 2017, di Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang, sempat terkendala akibat mundurnya Fasilitator yang bertugas di desa tersebut. Fasilitator tersebut terdiri dari, tiga orang FM, satu orang selaku Fasilitator Bidang Teknik, dua orang Fasilitator Bidang Pemberdayaan, “Mereka Satu Tim, satu tim terdiri dari dua Fasilitator bidang pemberdayaan dan satu orang teknik, mereka bertugas menangani beberapa desa, baik itu desa reguler maupun desa paska. Salah satu desa reguler yang mereka tangani adalah desa Cipta Karya”, demikian diungkapkan Meizeren Zain, ST, Selaku Koordinator Pamsimas III, Kabupaten Bengkayang. “mundurnya tim fasilitator ini juga diikuti oleh Fasilitator Seniornya” ungkap Meizeren Zain. Mundurnya tim fasilitator ini berdampak terhadap pendampingan di masyarakat, “KKM sempat bingung dan mempertanyakan keberlanjutan program PAMSIMAS di desa mereka”, ungkap Meizeren Zain.

Mundurnya beberapa orang fasilitator ini ternyata membuat pesimis masyarakat di Desa Cipta Karya, Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang. Hal ini berdampak terhadap kegiatan Pamsimas di Desa Cipta Karya, “sulit untuk mengumpulkan kontribusi uang tunai dan pengaturan jadwal  untuk gotong royong”, ungkap Parida, masyarakat menjadi ragu. Namun dengan pendampingan yang ekstra maka hal ini dapat diatasi, “kami sering melakukan pertemuan dengan masyarakat dan berkoordinasi dengan pemerintah desa serta tokoh-tokoh masyarakat setempat”, ungkap Parida Ekayanti.

Seiring berjalannya waktu dan dengan dukungan dari berbagai pihak, terutama Pemerintah Desa, tokoh masyarakat, Satker PIP Pamsimas Kabupaten Bengkayang dan DPMU Kabupaten Bengkayang maka kegiatan Pamsimas di Desa Cipta Karya dapat berjalan sesuai harapan dan kontribusi dari masyarakat dapat direalisasikan. “Satker dan DPMU rutin monitoring ke lapangan, monitorinya terjadwal”, ungkap Meizeren Zain. Swadaya masyarakat dalam bentuk uang tunai maupum sumbangan tenaga, material, alat dan bahan di Desa Cipta Karya yang semula pesimis, ternyata berhasil resalisasikan. “Kontribusi Masyarakat dalam bentuk sumbangan tenaga dan alat di Desa Cipta Karya melebihi harapan Kami” ungkap Fidelis Olen. Di Desa Cipta Karya, kaum wanitanya ikut berpartisipasi baik yang muda maupun yang sudah tua dalam pekerjaan itu. Karena mereka yakin bahwa dengan kerja secara gotong royong dapat mempermudah suatu pekerjaan yang berat dan mempercepat penyelesaian pekerjaan. ( Meizeren Zain-DC Kab.Bengkayang;Deddy S-Asst.MIS/Web Admin CMAC)