G ianyar, Bali – Bappenas Gelar ‘Fourth Meeting on Country-Led Knowledge Sharing’ atau HLM4 on CLKS, bersama dengan World Bank dan didukung Kementerian Desa-PDTT, Kemenkes, Kemendikbud, Tim Koordinasi Nasional Kerjasama Selatan-Selatan, Islamic Development Bank (IsDB), Kerjasama Jerman, JICA dan USAID.
Forum internasional dengan tema ‘Inovasi Lokal sebagai pendorong pembangunan global’, dihadiri lebih dari 250 peserta nasional dan internasional, 50 pembicara, dan 22 peserta pameran dari 42 negara. Mereka yang hadir adalah mewakili pembuat kebijakan tingkat tinggi para praktisi pembangunan dari Negara berkembang, organisasi internasional, NGO internasional dan nasional, sector swasta dan akademisi.
HLM4 on CLKS diselenggarakan di Bali selama 3 hari pada 15-17 Oktober 2018. Pada hari pertama agenda pertemuan meliputi: i) High Level Panel; ii) Knowledge Market Place; dan iii) Enam Parallel Thematic Session. Agenda kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan field visit di hari kedua ke beberapa lokasi di Bali untuk menampilkan program-program inovasi lokal.
Desa Taro yang berada di Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar, Bali merupakan salah satu desa yang mendapat kehormatan dikunjungi peserta pertemuan tingkat tinggi HLM4 on CLKS. Desa Taro dipilih, salah satunya karena telah memiliki akses air minum 100% berkat program Pamsimas yang masuk ke desa ini pada tahun 2017.
Rombongan sebanyak kurang lebih 30 orang yang berasal dari berbagai Negara dan organisasi internasional dan nasional, dipimpin oleh Shambu Prasad Acharya, yang merupakan perwakilan WHO Pusat. Rombongan diterima oleh Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesra Mewakili Bupati Gianyar, Ngakan Putu Darmajati, SH, beberapa Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkab. Gianyar, Pelaksana Tugas (Plt) Perbekal Desa Taro (Perbekal sebutan Kepala Desa, RED) I Nyoman Karang, di Wantilan Pura Agung Desa Taro. Kedatangan rombongan ke Desa Taro didampingi Task Team Leader Bank Dunia untuk program Pamsimas, George Soraya dan Ketua CPMU Program Pamsimas Tanozisochi Lase.
Program Pamsimas merupakan salah satu wujud nyata dan upaya Pemerintah Indonesia bersama Pemerinta Daerah untuk mendukung pencapaian target akses 100% air minum aman dan sanitasi layak bagi masyarakat di kawasan perdesaan pada akhir tahun 2019, sesuai dengan amanat RPJMN 2005-2019.
Seperti dijelaskan oleh Plt. Perbekel Desa Taro, I Nyoman Karang di depan rombongan Bank Dunia, tahun 2016, Pemerintah Desa Taro mengikuti sosialisasi program Pamsimas tingkat kabupaten. Desa Taro ditetapkan sebagai desa lokasi program Pamsimas III tahun 2017 dengan total nilai Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Rp 393.000.000. Setelah adanya program ini menurut Nyoman Karang, seluruh masyarakat yang tediri 1.239 jiwa di Banjar Ked Desa Taro sudah bisa mengakses air minum aman (60 liter per orang per hari).
“Jika sebelum ada program Pamsimas, warga Banjar Ked secara bergiliran dilayani air minum, tapi kini masyarakat dapat mengakses air minum selama 24 jam,” jelas I Nyoman Karang. Biaya operasional pun menurut I Nyoman Karang cukup rendah, dimana masyarakat hanya perlu membayar iuran Rp 2.000 per M3. Ini jauh lebih murah, dimana sebelumnya warga harus membayar Rp 4.000 per M3.
Selain itu waktu produktif masyarakat terutama ibu-ibu bertambah, mendorong berkembangnya usaha-usaha baru seperti kerajinan mewarnai kayu untuk menambah pendapatan keluarga dan berkembangnya usaha peternakan masyarakat. Ada tambahan 10 SR bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha pertenakan serta masyarakat melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Sementara itu Kasubdit Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (PSPAM) Perdesaan, yang juga Ketua CPMU program Pamsimas, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Tanozisochi Lase, memberikan sambutan. Secara nasional capaian air minum aman di Indonesia sampai akhir tahun 2017 adalah sebesar 72%, sedangkan untuk sanitasi sebesar 76%. Program Pamsimas sampai dengan tahun ini menurut Tanozisochi Lase dilaksanakan di 396 kabupaten dan 11 kota, atau secara keseluruhan di 407 daerah. Sampai dengan tahun 2017, program Pamsimas yang dilaksanakan sejak tahun 2008 ini, telah memberikan tambahan akses air minum dan sanitasi bagi lebih dari 13,6 juta jiwa di lebih dari 16.800 desa di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Adapun target sampai dengan tahun 2020 sebanyak 27.000 desa.
Terkait dengan proses pelaksanaan program, dimulai dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan hasil program. “Desa Taro hanyalah salah satu contoh hasil kerja masyarakat dengan dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dari 16.800 desa yang telah melaksanakan program Pamsimas,” jelas Tanozisochi Lase.
Sementara Staf Ahli bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Kab. Gianyar, Ngakan Putu Darmajati mengatakan, Pemkab. Gianyar sangat berterima kasih pada Bank Dunia dan jajaran Kementerian PUPR atas terfasilitasinya kunjungan delegasi beberapa Negara di Desa Taro. Menurut Ngakan Darmajati, Desa Taro merupakan desa yang mengalami kesulitan air karena kondisi geografisnya. Berkat program Pamsimas kini warga Desa Taro khususnya di Banjar Ked telah memiliki sambungan rumah (SR) air minum hingga seratus persen.
Setelah pertemuan di Balai Desa, rombongan melanjutkan kunjungan ke salah satu ‘banjar’ (sebutan untuk dusun), di Banjar Ked. Dihadapan rombongan Ketua KP-SPAMS menjelaskan seputar Peta Sosial Desa Taro yang ditempel di dinding. Disampaikan oleh Wayan, yang warna merah simbol keluarga yang mampu, warna hijau keluarga menengah, warna kuning keluarga miskin dan warna biru, yaitu keluarga yang terdapat bayi stunting.
“Januari 2018, bayi stunting di Banjar Ked berjumlah 21 jiwa, angka itu menurun pada September 2018 menjadi 17 jiwa. Hal ini tidak terlepas dari program Pamsimas yang masuk ke Banjar Ked. Ke depan, harapannya tidak ada lagi stunting,” tegas I Wayan Pasek Eka Wirata.
Saat dialog dengan Pengelola KP-SPAMS perwakilan dari BPJS Kesehatan (Pusat) menanyakan bagaimana cara masyarakat membayar iuran. Pertanyaan tersebut dijawab, iuran merupakan wujud partisipasi masyarakat untuk meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab serta untuk keberlanjutan sarana yang dibangun. Setelah mendapatkan penjelasan tersebut, ia juga mengomentari warna-warni pada Peta Sosial, dan berharap pada kunjungan berikutnya warna-warni tersebut telah berubah, misalnya warna kuning dan warna biru menjadi lebih sedikit atau tidak ada lagi.
Saat perwakilan WHO penanyakan kapan dilakukan pengecekan kwalitas air? Dijelaskan oleh Ketua KP-SPAMS, pengecekan kwalitas air dilakukan 3 – 6 bulan sekali. Ditambahkan pula terkait peran fasilitator, dijelaskan oleh Ni Luh Putu Swandewi, fasilitator bertugas di desa dari proses perencanaan, pelaksanaan sampai keberlanjutan. Terkait pertanyaan rombongan bagaimana cara merubah perilaku masyarakat, dijawab oleh Sekdes, dengan memberikan sosialisasi dan mengundang instansi terkait guna memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Rombongan sempat melakukan diskusi dan melihat kegiatan Posyandu, serta menyaksikan demo cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang diperagakan dua orang siswi SD Negeri 2 Taro, terus berdialog dan bernyanyi bersama serta bercanda ria dengan anak-anak sekolah. Dari SD Negeri 2 Taro, rombongan bergerak menuju objek wisata Elephant Park yang berada di Desa Taro dan melihat Pameran dan belanja bisnis kerajinan tangan lokal, serta makan siang.
***
Forum HLM4 on CLKS dibuka oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Bambang Brodjonegoro, dan dihadiri Menteri Desa-PDTT Eko Putra Sandjojo serta Menteri Keuangan Bangladesh Abul A. Muhith serta Wakil Presiden Turkish Cooperation and Coordination Agency Birol Cetin.
“Membangun momentum dari tiga pertemuan sebelumnya, HLM4 on CLKS bertujuan untuk menyediakan platform bagi pembuat kebijakan, praktisi dan mitra pembangunan untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan tentang solusi dan inovasi lokal untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pembangunan,” ungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas saat membuka acara.
“Saya berharap pertemuan hari ini dapat menghasilkan rekomendasi yang bersifat strategis, serta pendekatan-pendekatan yang inovatif untuk menghadapi tantangan pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan bersama,”pungkasnya.
Rangkaian kegiatan HLM4 on CLKS ditutup dengan penyelenggaraan workshop (Learning Day) interaktif dengan topik-topik yang berkaitan dengan knowledge sharing oleh World Bank Group. (Sudebja-DC Gianyar/Hartono Karyatin-Adv & Media Sp)