Probolinggo, Jatim – Duta Besar untuk Perempuan dan Remaja Putri Australia Dr Sharman Stone mengunjungi lokasi program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat atau Pamsimas di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (26/11/2019). Desa ini berada di sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Bromo, Tengger Semeru.

Duta Besar berkesempatan mengunjungi dan melihat secara langsung aktifitas warga Dusun Cemorolawang Desa Ngadisari yang sedang antri mengambil air bersih. Duta Besar juga menyaksikan anak-anak sekolah dasar yang mempraktekkan cuci tangan pakai sabun dengan alir mengalir sebagai upaya menanamkan pola hidup bersih dan sehat sedari dini.

Dalam kesempatan ini pula Dubes Australia juga berbincang-bincang dengan warga, memastikan akan ketersedian air yang cukup, dan seperti apa serta sejauh mana peran perempuan dalam program Pamsimas.

Utusan pemerintah Australia sangat terkesan dan kagum terhadap masyarakat Tengger terutama kaum perempuan yang sangat aktif peranannya dalam Program Pamsimas.

Desa Ngadisari merupakan penerima Program Pamsimas dengan sumber pendanaan dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) APBN tahun anggaran 2018.

Sebelum memperoleh Program Pamsimas, warga desa kesulitan mendapatkan air minum secara aman karena minimnya prasarana air minum di desa. Hasil kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi (IMAS) menujukkan sebanyak 716 jiwa (47%) sudah memiliki akses air minum dan sisanya sebesar 53% atau sebanyak 814 jiwa (209 KK) belum memiliki akses terhadap air minum.

Beberapa sumber air menyebar di seluruh dusun, namun tidak layak secara teknis dan memenuhi kualitas kesehatan. Warga desa mengalirkan air melalui selang plastik dan perpipaan non standar dari beberapa sumber air yang mengalir bebas. Pipa tersebut sudah rusak dan berkarat, namun di beberapa rumah kesulitan memperoleh air karena jarak sumber air jauh. Sumber air lebih banyak di Dusun Ngadisari, sehingga warga dusun lainnya mengambil air dari dusun tersebut melalui perpipaan seadanya.

Pada tahun 1980, Desa Ngadisari pernah dibangun jaringan pipa distribusi air bersih untuk melayani warga desa, namun saat sebelum Pamsimas kondisinya sudah rusak. Pipa GIP sudah berkarat dan berkerak di dalamnya yang menyebabkan timbulnya kebocoran dan membuat debit mengecil, akibatnya air yang mengalir ke warga sangat terbatas dan bahkan tidak mengalir.

Melalui Program Pamsimas telah dibangun sistem penyediaan air minum (SPAM) perdesaan berupa jaringan pipa ditribusi sepanjang 4.392 M dimana air dialirkan secara gratifikasi dengan memanfaatkan sumber air dari mata air. Jaringan perpipaan tersebut dilengkapi dengan bangunan reservoar (kapasitas 18 M3) dan sarana cuci tangan di sekolah sebanyak 2 unit (SDN Ngadisari 1 dan SDN Ngadisari 2)

Sarana air minum perdesaan tersebut dibangun menghabiskan biaya secara keseluruhan Rp 350 Juta. Sumber pembiayaan berasal dari dana BLM APBN sebesar Rp. 245 Juta, APBDes    Rp. 35 Juta, ditambah swadaya masyarakat sebesar Rp. 70 Juta terdiri dari uang tunai Rp 14 Juta dan berupa tenaga kerja dan material lokal (inkind) senilai Rp 56 Juta.

Saat pelaksanaan konstruksi, warga (termasuk perempuan) terlibat penuh dalan penggalian dan pemasangan pipa sepanjang hampir 4.500 M. Pekerjaan ini merupakan bagian dari inkind berupa penyediaan tenaga kerja dan material lokal yang dipersyaratkan bagi desa yang mengikuti Program Pamsimas.

Kegiatan Pamsimas sejak awal melibatkan warga, mulai dari perencanaan dan pasca konstruksi. Pendekatan Pamsimas yang berbasis masyarakat mengharuskan peran serta warga termasuk kaum perempuan.

“Pamsimas sangat mendorong adanya partisipasi perempuan mengingat urusan air minum dan sanitasi lebih banyak dilakukan kaum perempuan,” ungkap Didik Cahyanto, ST, MT yang merupakan Fasilitator Senior Program Pamsimas di Kabupaten Probolinggo (Hartono Karyatin-Adv & Media Sp PAMSIMAS).

Karyatin-Media Sp PAMSIMAS).