Gunung Kidul, DI Yogjakarta.  “Kalau bukan kita mau siapa lagi, kalau tidak dari sekarang mau kapan lagi ?” itulah kalimat yang terlontar dari bapak Mugiyuwono tokoh masyarakat kalurahan Watusigar yang telah berusia menginjak angka 80 tahun pada Forum Diskusi Group kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi (IMAS) yang diselenggarakan oleh Kelompok Masyarakat Tirto Mulyo kalurahan Watusigar pada hari Selasa tanggal 21 Mei 2024. Kalimat itu terlontar ketika pada pembahasan tema sejarah sarana air minum dan pelestarian sumber air yang ada di kelurahan Watusigar. Pada kesempatan tersebut bapak Mugiyuwono selaku sesepuh dan tokoh masyarakat menceriterakan sejarah kondisi lingkungan dan terutama sumber air yang ada di kampungnya. Pada tahun 1970-an sungai Oya yang melewati 11 padukuhan dari 12 padukuhan di kalurahan Watusigar airnya sangat melimpah dan jernih, warga masyarakat memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan pertanian, mandi dan dikonsumsi dengan cara memikul air sampai kerumah.

Hutan disekitar bantaran sungai Oya yang melintasi dari padukuhan Watusigar, Cikal, Ndungmas, Kepek, Munggur, Ngampon, Ngimbang, Randusari, Sabrang, Sambirejo, dan Buyutan masih sangat lebat namun pemanfaatan air dengan sumur masih sangat jarang karena yang memiliki sumur gali hanya beberapa rumah orang kaya atau perangkat desa. Pertengahan tahun 1980 masyarakat mulai membuka lahan pertanian di sekitar bantaran sungai Oya yang berakibat pada meluasnya penebangan pohon dan  sumur sumur gali di sekitar lahan pertanian mulai dibangun. Seiring berjalannya waktu sejak tahun 1998 pemanfaatan sumber air baik dari sungai Oya maupun sumur sumur gali mulai menurun karena debit air sudah mulai surut.  Hingga saat ini yang dirasakan oleh bapak Mugiyuwono bahwa air yang mengalir di sungai Oya dan anak sungai yang melintas diseputar lahan pertanian warga cepat sekali mengering. Saat musim penghujan, air hanya lewat dan cepat surutnya.

Atas dasar pengalaman yang dirasakan oleh bapak Mugiyuwono, maka peserta diskusi merasa tergerak untuk segera merawat lingkungan dalam menjaga kelestarian air minum di Kalurahan Watusigar tersebut.  Untuk menjaga kelestarian sumber air di kalurahan Watusigar, peserta diskusi menyepakati dalam pelaksanaan kegiatan PAMSIMAS tahun 2024 di kalurahan Watusigar khususnya di padukuhan Kepek dilakukan penanaman pohon kenservasi.  Kegiatan konservasi ini disambut baik oleh Lurah Watusigar bapak Giman dengan membantu merumuskan peraturan kalurahan tentang penyediaan lahan untuk  tangkapan air. Masyarakat juga terlihat sangat gembira dan menyambut dengan baik kegiatan pamsimas tersebut yang terlihat dari tingginya partisipasi masyarakat yang hadir dalam setiap pertemuan warga mulai dari sosialisasi tingkat kalurahan, kegiatan IMAS, hingga Pleno RKM dengan rata-rata kehadiran perempuan 40%. Antusias masyarakat dan lurah dalam merawat lingkungan untuk menjaga kelestarian sumber air minum di wilayah kalurahan Watusigar tersebut telah memberikan gambaran bahwa Pamsimas telah hadir sebagai wujud kepedulian pemerintah dalam pemenuhan akses kebutuhan air minum bagi warga masyarakat.

Pada penutupan kegiatan Pleno IMAS telah diserahkan sebanyak 5 bibit pohon konservasi berupa pohon Epek sesuai toponim padukuhan Kepek, pohon Kepuh, pohon Bunut, pohon Loa, dan pohon   Bulu secara simbolis. Pada musim penghujan akan di berikan lagi bibit tanaman  konservasi sebanyak 50 pohon yang akan ditanam secara serentak di padukuhan Kepek.

Kegiatan IMAS di kalurahan Watusigar dilanjutkan dengan penanaman pohon jenis konservasi di seputar sumur bor exsisting yang dimanfaatkan pada program PAMSIMAS 2024. Tanaman konservasi yang dimaksud adalah jenis tanaman yang mampu menyimpan air, menangkap air dan meresap ke dalam tanah serta akarnya mampu menahan longsor. Jenis tanaman ini tidak memiliki  nilai ekonomis untuk dijual, namun memiliki manfaat ekologis dalam jangka panjang menjaga kelestarian sumber sumber air.

Menyadari bahwa air adalah kebutuhan pokok dan vital bagi kehidupan manusia maka kita wajib menjaga kelestariannya.  Saat ini kita bisa menikmati rezeki yang diturunkan oleh Allah SWT berupa kemudahan  mengkonsumsi air terutama dengan program Pamsimas yang baru pertama kali turun di kalurahan           Watusigar, namun kita jangan berhenti sampai di sini.  Kita juga harus memikirkan anak cucu kita nanti agar bisa juga menikmati kemudahan dalam  memperoleh air seperti yang kita rasakan saat ini yaitu dengan tetap menjaga kelestariannya. Demikian kata penutup yang disampaikan oleh bapak Karsimin selaku carik kalurahan Watusigar yang menjadi moderator pada FGD kegiatan IMAS tersebut. (Agustus, 2024 – Fasilitator Masyarakat Bidang Keuangan Pamsimas, Kab. Gunung Kidul, Prov DI Yogjakarta)